Kalau tidak salah, dimulai dari postingan Om Jo -YC0LOW sekitar bulan Februari yang lalu tentang SDR(software define radio) maka beberapa rekan mulai tertarik dengan SDR ini.
Dibandingkan dengan membuat radio biasa (transceiver SSB) , SDR jauh lebih sederhana . Tidak perlu pusing pusing dengan SSB filter , IF amplifier, AGC dsb.
Skema dan software juga bisa didapatkan dari internet.
Sampai saat ini saya baru memonitor 4 homebrewer : YC1CYD , YC1BVK , YC0OQ ketiganya di 40m dan Om Dimas di 80m.
Hayo siapa lagi yg bakal menyusul muncul dengan SDR ???
Salam
Daryono
(sdr nya belum jadi juga)
13 Oktober 2011, Jo, YC0LOW
Yth OM Daryono, dkk,
Walau SDR Anda belum juga siap pakai, yang penting niatnya, bukan? :-))
Terima kasih sudah mengingatkan saya dkk tentang artikel SDR tsb.
Bagi teman-teman yang belum tahu, klik tautannya
http://topbanddxdiindonesia.
Sejak awal Oktober 2011, banyak diskusi -- lagi-lagi pro & kontra -- di Topband Reflector tentang penggunaan (web) SDR di 160m. Terutama di antara operator di EU.
Dengan kocek yang tidak terbatas, rupanya, banyak dari mereka di EU sudah buat semacam konsorsium (kalau di dunia bisnis) untuk remote TX dan RX. Mereka bekerja sama dengan beberapa pihak di VK-land untuk "mendekatkan telinga dan mulut" mereka dengan elusive countries di Pasifik. Jadi SDR tidak digunakan hanya untuk RX melainkan juga untuk TX yang cukup dengan daya rendah (QRP), via internet.
Lihat http://www.remoterig.com/wp/
Seperti kita ketahui, path 160m dari EU ke Central Pacific adalah yang paling sulit dicapai. Sementara, di kawasan itu masih banyak entitas DXCC yang bisa menambahkan perolehan country prefixes mereka di EU.
Tapi, menurut saya, justru mereka yang ber-uang dan berbuat curang seperti itu adalah pecundang sejati!
Alhamdulillah, semua DXer di tanah air ini bermental santri/pemuda altar semua. Jujur, baik hati dan tidak sombong :-))