Gbr.1. Hairpin coil. |
Untuk DX jarak dekat (Oceania, JA, Asia), okelah. Namun, untuk long-haul, di atas 5000 kilometer, kinerjanya masih di bawah antena inverted-L yang pernah saya gunakan. Jadi, saya harus memeriksa ulang seluruh sistem topload vertikal! Apalagi, panjang radiator vertikalnya HANYA 1/8 lambda (saya menggunakan tiang telescopic fiberglass, panjang 18 meter, dari Spiderbeam, Jerman). Lihat: http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/
Tanya sana-sini, singkat cerita, saya putuskan untuk mempercayai bahwa pola radiasi yang lebih 'murni' vertikal akan lebih baik untuk DXing di top band. Kedua, memilih sistem penyesuai impedansi yang lebih memungkinkan saya mendapat rasio VSWR ideal sehingga lebih kecil loss-nya ketimbang sistem UNUN ala W2FMI yang bekerja baik pada inverted-L saya. (Gbr.1, atas. Home-made hairpin coil buatan Jo, YC0LOW)
Eksperimen dimulai sebulan yang lalu dengan membuat hairpin coil (kalau tidak salah, padanannya adalah: Beta match) yang akan berfungsi sebagai step-up impedance transformer pada feedpoint.
Saya tertarik untuk membuatnya karena mudah dan konon bisa mendapatkan SWR yang terendah dengan mengubah jarak antar lilitan kawat pada kumparan tsb. Konsultan asing saya adalah Ken, K2KW, seorang ham yang sering dipercaya memimpin tim antena vertikal untuk LOW bands dalam kegiatan-kegiatan DXpedition (http://www.k2kw.com/). Kami berkorespondensi melalui email.
Pagi ini, saya mencoba antena baru saya pada 1818.3 KHz dengan daya pancar 100 Watt. Sengaja saya pilih buka warung pada saat Sun Rise karena itu lebih nyaman dalam siklus hidup DXing saya, sekaligus berharap bisa mendapat fenomena sun rise enhancement. Saya sengaja tidak melakukan self-spotting karena memang berniat ingin menguji kinerja sistem antena TX.
Hasilnya sangat membesarkan hati. Pada puncak saat sun rise di Cinere, saya berhasil melakukan QSO dua-arah dengan beberapa stasiun di Eropa barat seperti OZ, RA/RU dan memperoleh RST tidak kurang dari 559 (bahkan RST 579 dari OZ). Artinya, jarak yang ditempuh oleh sinyal dari Cinere adalah lebih dari 9000 kilometer. Padahal, kondisi antena tx masih darurat (SWR dip/resonansi masih pada 1750 KHz, jumlah ground radials masih terbatas dll). Stasiun RA dan RU menulis email kepada saya bahwa mereka pertama kali ber-QSO dengan YC pada top band.
Kalau sudah begini, racun top band DX makin merasuk ke dalam diri. Lagipula, di akhir pekan ini ada kontes akbar, CQWW CW. Pede aja lagi...