30 Desember 2009

SDR di Eropa pada Topband (160m)

To: orari-news@yahoogroups.com, Wednesday, December 30, 2009, 5:44 AM


WebSDR adalah sebuah penerima Software-Defined Radio yang terhubung dengan internet, yang memungkinkan banyak orang bisa sekaligus mendengar dan tune-in. Teknologinya memungkinkan kita untuk secara independen mendengar sinyal-sinyal yang berbeda dan melakukan QSO dua-arah TANPA radio penerima (receiver). Silakan lihat http://www.websdr.org/


Melalui WebSDR yang berbasis di Eropa, dua operator stasiun radio yang berkoordinasi melalui internet bisa saling 'mendengar' lebih baik ketimbang melalui udara. Sudah banyak yang mencoba untuk saling berkomunikasi melalui WebSDR, terutama pada topband
(160m). Pro dan kontra pun merebak!


Tidak lagi diperlukan lahan luas untuk antena khusus RX. Tidak lagi perlu kerja keras dan kehilangan waktu tidur. Hanya diperlukan sebuah transmitter dan koneksi internet. Apakah ini awal dari berakhirnya kegiatan DXing bagi amatir radio?


Tnx es 73 de Jo, YC0LOW


From: Taufan Prioutomo, Wednesday, December 30, 2009 3:11 PM

Om Johan,.....pada beberapa tahun lalu semenjak booming internet dengan adanya DX Cluster, sebenarnya di sanalah awal mulanya yang sebenarnya kurang rela saya dengan bantuan teknologi yang terus berkembang.

Yang mana dengan bantuan DX Cluster kita sudah bisa melihat/membaca bukan mendengarkan langsung callsign yang akan panggil/kita ajak ber QSO karena stasiun lain telah memposting callsign tsb, sehingga kita hanya memberikan
signal report saja.

Bahkan ada station yg memberikan angka 5 diawal (sorry dgn mode ssb )sehingga hanya butuh
the second number of the report,....semakin mudah tentu jadinya.

Bila dulu kita harus konsentrasi mendengarkan call signnya kadang ber ulang2 beberapa kali sehingga benar, baru memberikan reportnya yang kadang berulang ulang juga. Belum lagi kalau ada station yang seolah menjadi pengawas, bila menyebut call sign tidak benar atau pun mengulang report tidak benar.....dia akan comentar...not Valid....no QSO....dsb.

Namun itulah teknologi.....suka atau tidak terus bergulir......, saya termasuk bagian yang kurang menyenangi hal tsb.....itulah pribadi masing masing.

de yb0ai / taufan


From: "hendro s.joedho" , Wednesday, December 30, 2009 3:46 PM

Kalo boleh saya ikutan pendapat, menurut saya agak beda antara yg menggunakan SDR sbg receiver dlm QSO dg penggunaan dx cluster dll sbg informasi adanya stasiun yg sedang bekerja di satu band pada jam sekian.

Kita lihat info di cluster, blm tentu kita bisa mendengar stasiun dimaksud.
Kalopun bisa mendengarnya blm tentu kita berhasil QSO dengan stasiun tsb.
Jadi dx-ing masih bisa dianggap valid bila dua stasiun itu sudah bertukar RS(T).

Penggunaan info cluster yg keliru adalah bila setelah membaca info, kita masuk ke frekwensi dimaksud dan memanggil stasiun dx yg ditulis di cluster padahal kita tidak mendengarnya - blind call ? Atau kita atau rekan lain di YBland ini posting di cluster adanya YBxXX - self spotting. Manfaatkan teknologi secara bijaksana dan fair.

Tentunya kita khan juga gak harus menggunakan trx/antenna buatan sendiri, karena banyak buatan pabrik tapi agak beda utk mode cw bila dibantu dg digital reader atau modem/interface komputer-karna utk itu ada mode digital (bpsk,psk dsb) jangan sebut mode cw.

Itu sedikit pendapat saya, maaf kalo ada pendapat saya yang salah, cmiiw.

73
Hen-yc0qr


From: Imam YB4IR, Wednesday, December 30, 2009 4:53 PM

Dear All,
Sebaliknya, saya sangat menyukai adanya tekhnologi baru, khususnya di HF.

Apakah itu DX Cluster, logger yang terkoneksi dengan telnet, Digital mode, SDR software, Skimmer, fasilitas master data dll termasuk juga cara confirmed 2 way QSO melalui eQSL maupun LoTW

Bagi DXer yang jam terbang DX Qsonya lebih dari 10.000 QSOs maka Tekhnologi tsb tidak akan mempengaruhi rutinitas DXingnya yang biasa dia lakukan, yaitu DIRECT 2 WAY QSO dari Radio via Antena TRX langsung QSO dengan lawan QSOnya

Tetapi bagi DXer pemula, maka tekhnologi ini akan memungkinkan untuk dia pergunakan dengan alasan untuk memperkecil kegagalan QSOnya, namun suatu saat nanti setelah DXer pemula tsb merasa yakin & merasa siap maka pasti akan kembali ke komunikasi secara konvensional sebagaimana yang telah dilakukan oleh senior-seniornya yaitu Direct QSO dari Radio TRX langsung ke RadioTRX lawan.

Tekhnologi tidak dapat dibendung. Namun pilihan tetap ada di pribadi operatornya masing-masing. Mau dipakai boleh dan tidak mau memanfaatkannya juga tidak apa-apa.

Kegiatan Amatir Radio adalah suatu Hobby yang menyenangkan. Jika kita merasa senang maka nikmatin
aja..

73 de Imam YB4IR

Keterkaitan Tinggi Antena TX Vertikal dengan Sistem Radials ala N6LF

To: antennamania@googlegroups.com, Tuesday, December 29, 2009 11:59 AM


Dalam liburan mendatang, saya ingin memperbaiki sistem antena TX 160m vertikal saya terutama kawat-kawat radial-nya.


Saya mau tanya apakah ada yang pernah eksperimen tentang keterkaitan tinggi antena TX jenis vertikal dengan sistem radialnya?


Saya membaca artikel bagus dari Rudy, N6LF, http://www.antennasbyn6lf.com/2008/10/are-the-lengths-of-radials-related-to-the-height-of-a-vertical.html


Kalau sudah ada yang mencobanya di Indonesia, saya ingin mendapat petunjuk dan pencerahannya.


Tampaknya, uraian Rudy menjanjikan solusi untuk mengurangi ground losses. Betul begitu, OM Bam?


Tnx es 73 de Jo, YC0LOW


OM Jo,

kebetulan sekali anda "angkat" topik ttg keterkaitan antara tinggi (baca: feedpoint) sebuah Vert. Ant. dg GRND losses, krn justru hal inilah yg jg sy lagi coba "angkat" dg "ngobrolin" ttg rancangan G7FEK, yg di mata sy tidak lain dr "nested" -- ambil istilah dr Mike Dennis sndr -- 2 bh (80 dan 40m) L-antennas.

Sy melihat L-antenna (ada juga yg menyebutnya dg bent- center fed -dipole) sbg sebuah quarter wave Vert. Antenna yg diinstall OFF GRND dan di"kerja"kan dg SATU radial (= ground plane) saja. pengalaman empirik selama ini, bertambah tinggi posisi feedpoint dr tanah, bertambah sedikit jmlh radials(ato counterpoises = floating radials) yg diperlukan untuk mendapatkan efisiensi yg sama dg Vert. Antenna yg GRND mounted.

[walopun cukup kontroversial dg berbagai PRO & CONs-nya, antena W3EDP dg pnjng elemen yg 85' = 25.9 mtr dan counterpoise 17' = 5.18 mtr selalu sy "contoh"kan sbg "pembuktian" hipotesa bertambah tinggi posisi feedpoint dr tanah, bertambah sedikit jmlh counterpoise yg diperlukan tsb, dg merujuk kisah-kisah keberhasilan para pemakai yg kebanyakan menyebutkan hamshack-nya berada di lantai 2, atau operate dr balcony di lantai n dg counterpoise yg diklewerin aja sepanjang lantai kamar ato balkon (salah satu pengguna W3EDP yg ada di milist ini adalah OM dhismas yc0nho, yg hamshack-nya ada di lantai 2)]

btw, sy lagi nyiapin bbrp baris t orek-orekan ttg radials, counterpoise dan L-antenna ini -- yg semoga saja bs segera "naik tayang" di milist ini (dan cukup banyak yg sy bisa "tangkap" dr blog OM Rudy Severns N6LF yg anda rujuk pd
posting anda berikut ini) TNX fr the "lead":

[bam] YB0KO/1

16 Desember 2009

Antena Loop untuk RX ala N6RK, Desember 2009 (panjang)

Presentasi lengkap dari Rick, N6RK ada pada  http://www.n6rk.com/loopantennas/pacificon.pdf

Kalau selama ini milis antennamania diramaikan dengan diskusi tentang antena untuk TX, maka kali ini saya munculkan isu antena untuk RX terutama untuk band 'susah' 80m dan 160m. Dimensinya tidak terlalu besar sehingga hampir bisa dipastikan dapat didirikan di lahan yang sempit. Panjang kabel coax RG-58 sebagai bahan baku antena loop tunggal = 20 feet atau 6.4 meter


Sejak Desember 2008, saya selesaikan pembuatan antena jenis ini dengan sedikit kesulitan, terutama dalam hal pengadaan toroid FT-82A-61 Amidon untuk transformer dan varactor NTE618 Mouser yang keduanya saya pesan langsung dari AS. Komponen/bahan lainnya tersedia berlimpah di Indonesia.

Dibandingkan dengan eksperimen-eksperimen saya terdahulu dalam membuat loop antena untuk RX, maka tipe ini adalah yang paling berhasil saya buat. Pada top band (160m), saya bisa mereduksi noise level di musim monsoon menjadi hanya 3 s/d 5 S-unit, maksimum. Saya juga sudah memanfaatkan antena ini untuk mendengarkan radio siaran internasional dan nasional pada moda AM, di band Medium Wave (MW) tanpa perlu alat pre-amp. Kedengarannya jadi lebih enak karena kita bisa menyetel level rasio S/N yang diinginkan dengan mengubah variabel voltage DC dari hamschack.

Pada band 80m, SSB, saya bisa mendengar hampir semua peserta Net Nusantara atau net Indonesia di pagi hari (WIB) dengan readability yang tinggi. Sedangkan pada 3.5 MHz, CW, band amatir, kinerja antena ini bahkan lebih baik lagi (misal: bandwith lebih lebar dari pada di 1.8 MHz).

Karena dimensinya yang kecil dan ringan, antena ini bisa diarahkan ke arah yang diinginkan dengan menggunakan rotator antena TV untuk 'nulling' derau (noise) yang konstan dan berlebihan di QTH saya akibat dari jarak yang dekat dengan Gardu Induk PLN Gandul. Tapi, berhubung belum punya rotator, saya mencobanya secara manual.

Hari libur mendatang rencananya saya akan membuat loop yang khusus untuk 160m (panjang total coax 40 feet). Dari Rick, N6RK, saya sudah dapat panduan untuk sedikit mengubah nilai kapasitor dan tuning diode (varactor) dalam rangkaian Remote Tuning Unit (RTU).

Saya pernah menulis di blog TOPBANDDXDI INDONESIA http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/ namun karena sudah ada milis baru ini maka saya kirimkan lagi presentasi lengkap dari Rick, N6RK (terlampir).

Selamat menikmati! Tnx es 73 de Jo, YC0LOW


From: Bam, YB0KO/1, unclebam@gmail.com

mas jo, tnx a lot ...

+ it's really a BIG "pencerahan", apalagi dg 'ngikuti paparan Rick N6RK yg di mata sy selain VRY descriptive juga "eye opening" -- terutama baris-baris yg pin pointing misleading-nya informasi yg selama ini di"telen" oleh "average ham like us", even dr text booknya Terman dan publikasi ARRL/Connecticut ( see page 3); ARRL Antenna Book (point 3 page 6) ....

terus juga ttg "no definitive published explanation on max. circumstances" (point 1 page 12); "incorrect" description of "electrostatic shield" and the "overlooked skin effect" (page 17); emphasis on use of ordinary xfrmr instead of balun (as we wud normally think of), page 33 [sy jadi inget Sevick -- yg baru SK 29/11 kmrn --, yg "mengangkat" issue perlunya balun sbg xmission line xfrmr, yg KHUSUS pd shielded loop-nya sndr mmng nggak diperlukan krn tdk ada transmission line (!)] .......,

BUT then ..... SRI FR my silly (or telmi) question: what the hell is SO2R?

++ btw, sebenarnya sy juga msh "gelap" kmn hrs pergi utk 'nyari PVC Sked 40 eceran di sini (tempoari banyak iklan dr WAVIN type Tigris Green yg kalo' sy nggak salah tafsir adalah juga msk jenis Sked 40 ini -- krn dipake utk plumbing jaringan air panas -- , tp dr semua agen ato retailer pipa PVC di Bogor sini tdk ada yg bisa 'ngasih keterangan, apalagi wkt ditanya n sy jwb cuma perlu paling 2 btng utk masing-masing dia. 1.5", 3/4" dan .5" dg sinis dia bilang: wah oom, kalo' perlunya 1 truk ato buat proyek apa gitu sih kami mau aja nyariin ..... (!).

sampe saat ini kalo' perlu pipa PVC yg agak "berkelas" sy pake merk WAVIN yg type AW (setrip biru), inipun di radius 5-6 KM dr QTH sy juga mesti pesen, krn yg banyak diecer di toko material adalah type D (setrip merah) yg masuk jenis "thin walled" PVC tubing.

Kalo' mau pake yg relatip lbh berat sy pake merk RUCIKA (inipun mesti pesen ke "kota", ato kalo 1 -2 batang mesti ambil sendiri) ato kalo' yg dia 0.5" sy lantas ambil conduit merk Clipsal - yg kebetulan kok ya pas banget (snugly fit) utk dibikin telescoping dg RUCIKA yg 3/4".

salam:
[bam]
6*38’03.28” S, 106*48’20.98” E
(alias bogor pinggiran)

PS:
brngkali [kalo' memang ada yg mau bikin juga] mas Wyn ab2qv ato bli Ketut Wiadnyana KC8PPD bisa (hopefully) bantu sourcing ke Mouser ato Amidon


Yth OM Bam.
Terima kasih atas komentarnya. Saya juga baru sadar bahwa upaya eksperimen saya sebelumnya rupanya banyak salah karena mengikuti persepsi yang salah - setidaknya demikian menurut Rick, N6RK.

Tapi, hasilnya memang beda. Walau sedikit diubah dan disesuaikan dengan kondisi di Cinere, termasuk pipa PVC-nya, antena RX loop tipe ini adalah yang kinerjanya paling baik dan kontan memberi dampak positifnya.

SO2R adalah Single Operator Two (2) Radios. Dalam presentasinya halaman 43, Rick menyebutkan bahwa dia menggunakan dua transceiver terpisah (bukan dengan satu transceiver) yang masing-masing TX pada 1801 kHz, dan RX (sambil transmit) di 1805 kHz.

73 de Jo, YC0LOW

From: Partono Partokardi, YB2CPO

OM Jo,
Kalau datangin komponen langka mestinya jangan satu sehingga ongkos kirim jadi murah... (maunya nitip maksudnya)

Menyangkut bahan: Dalam artikel Pacificon disebutkan coax - 75 ohm sedangkan dari OM Jo menggunakan RG-58 apakah tidak merubah performance?

Toroid FT-82A-61 bila tidak di dapat apakah bisa disubstitusi dengan type lain?

Mungkinkah antena Loop RX ini di kombinasi dengan W7IUV Low Band Preamp yang membutuhkan komponennya lebih tersedia di pasar Indonesia

thanks 73



Yth OM Tono,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya pesan barang langka seperti toroid Amidon dan varactor Mouser secukupnya saja sesuai keperluan pribadi. Masing-masing dirancang untuk pemakaian di rumah dan yang lain untuk unit cadangan/dipakai pada saat berkesempatan beroperasi di luar rumah. Nanti kalau saya pesan lagi, akan saya himpun dulu nama-nama peminatnya supaya bisa pesan sekaligus.

Pergantian bahan konduktor coax (dari 75 Ohm ke 50 Ohm) untuk antena tidak terlalu kritis. Saya coba menyesuaikan impedansi gulungan transformer-nya dengan MFJ-259B. Ternyata pedoman 5:50 lilitan yang diberikan Rick, N6RK cukup adil.

Jenis toroid dapat diganti dengan tipe material 43 (high permeability) namun, loss lebih besar sedikit (hlm. 34). Saya belum coba menggunakan toroid tipe ini.

Pemakaian RX loop ini mungkin saja dikombinasi dengan pre-amp. Saya kebetulan gunakan RX Antena Swicth sekaligus pre-amp DX Model II, buatan KD9SV. Namun, kenyataannya untuk 160m/80m, pre-amp tak lagi diperlukan. Jadi antena ini hanya terhubung ke antenna switch-nya. Beda dengan pengalaman saya ketika mencoba antena RX tipe EWE dan Flag yang harus dibantu dengan pre-amp.

73 de Jo, YC0LOW


From Dhismas, YC0NHO

Kalo ada temen2 tertarik utk membuatnya, dan berencana mu beli bahan2nya, mari kita gabung utk bareng2 beli komponen itu.

Saya juga tertarik utk mencobanya.

Om Jo, low band pre amp macem mana yang anda pakai?

Salam
Wo2k



Yth OM Dhismas,

Kalau mau pesan sendiri, ini referensi, harga-harganya:
- varactor NTE618 Mouser: US$ 2.70 per buah
- toroid Amidon FT-82A-61: US$ 1.70 per buah
- ongkos handling sekitar US$ 25 (orang Amrik, musti dibayar mahal untuk membungkus barang pesanan)
- ongkos kirim, sekitar US$ 15 bila pakai servis 1st Class US Mail. Saya pilih servis yang paling ekonomis, pos udara, un-insured, sekitar US$ 10.

Saya tidak tahu apakah varactor tipe tsb dan/atau yang sejenis seperti MVAM109, MVAM115 dan MV1401 (lihat hlm 48) dapat ditemukan di Jakarta. Kalau ada, menurut saya, akan lebih baik bila stasiun-stasiun pengendali Net Nusantara 80m, SSB, memiliki antena RX loop ini agar dapat lebih baik menerima pancaran.

Pre-amp yang saya gunakan, silakan lihat di http://www.radiobooks.com/, klik: KD9SV Products, lalu klik: Solid State Relay DX-pedition II (catalog number SV-DXIISS).

Tnx es 73 de Jo, YC0LOW

Dari: Wyn, AB2QV

Dear OM Jo. Anda mengajak kita masuk ke lahan SWL. Apakah ini tidak redundant? Maksudnya, sebagai AR apakah tidak sebaiknya memilih proyek yang murah, aman, dan berkualitas untuk kedua TX dan RX sekaligus. Pertanyaannya, apakah Anda pernah bereksperimen membuat top band antennas yg bisa andal untuk kedua TX dan RX sekaligus? Misalnya, pernah memasang toroid dan parts lainnya di satu antena untuk TX/RX sekaligus dan berhasil baik? Ini yang saya tunggu. Tnx n 73.

Wyn W. Purwinto
ab2qv@arrl.net
Dewitt, New York, U.S.A.


Yth OM Wyn, AB2QV.
Wacana antena khusus untuk RX memang jarang didiskusikan pada penggila DX pada high bands (skywave propagation). Tapi, bagi DXer pada LOW bands (groundwave propagation), isu RX bahkan lebih penting daripada ihwal TX agar tidak menjadi alligator.

Jadi, menurut hemat saya, isu RX ini juga cocok untuk DXer, bukan hanya bagi SWLer. Juga, ini bukan mengenai biaya yang murah dan mahal, saya kira itu sangat relatif.

Dari sekitar 3500 QSO CW saya pada top band (160m), sejak 1997, maka hampir setengahnya dilakukan tanpa antena RX. Karena, pada tiga tahun pertama, kondisi propagasi sangat baik. Tapi, tahun-tahun setelahnya sangat berbeda alias penerimaan makin sulit.

Saya pernah mencoba TX/RX pada top band dengan berbagai jenis antena (dipole, inverted-V, inverted-L).

Sayangnya, tidak ada jalan keluar yang makin mudah, dan murah, bagi saya untuk bisa meningkatkan daya penerimaan pada band misterius ini kecuali melengkapi stasiun YC0LOW dengan sistem antena RX dan perangkat lainnya. Itu pun masih terbatas karena saya tidak bisa mendirikan Beverage secara permanen.

Rupanya, konsekwensi memilih top band adalah berhadapan langsung dengan tantangan-tantangan RX yang banyak, seperti: berada di equatorial zone yang kaya akan QRN, lokasi rumah yang di perkotaan, target untuk memperoleh DXCC 160m, dll.

Tentu itu semua bersifat pribadi.

'You can't work them if you don't hear them'.

Tnx es 73 de Jo, YC0LOW


----- Original Message -----
From: w.w.purwinto, Thursday, December 17, 2009 2:59 PM

Oh BTW, bro Jo, CMIIW. Seinget saya kita pernah jumpa di Anyer tahun 2006. Waktu itu kita diundang oleh pengurus Orda Banten untuk turut memeriahkan HUT ORARI dng mendirikan field day di kompleks mercu suar Anyer. Betulkah? Anda kan yang setup a vertically polarized (array) top-band antenna yang di-erected dari mercu suar? Sayangnya propagasi pd hari itu kurang mantap. Saya datang bersama YB0DPO, YB0MCR dan YB0KLI bersama YLnya. Maksud saya ke situ untuk menikmati hidangan sambil eye ball qso, malah diminta menyambut setelah kepala DisHub oleh Mandor YB1TC.

Anyway, maksud pertanyaan saya pada email terdahulu dng reason bhw kebanyakan hams, baik di Amrik maupun di Ina, hanya punya satu hf rig. Thus, kalo ada hasil eksperimen one single top-band antenna yang bisa mumpuni untuk TX n RX sekaligus, dan murah-meriah, why not gitu loh.

As for RX only, yang saya ingat itu ada Ungrounded Beverage antennas yang membutuhkan lahan luas (gak cocok untuk urban areas), antenna yang rejects local noise (insensitivity to vertically polarized radiation), dan the K9AY terminated loop (directional receiving antenna). Yang lainnya, saya kurang paham. Yang kedua dan terakhir saya sebut adalah loop antennas. Yang terakhir cocok untuk lahan cekak yang terbuka (harus bebas dari bangunan dlsb yang cenderung mengurangi performance). Tapi harus menggunakan 9:1 impedance-matching tarnsformer pada satu ujung loop ke ground, dan terminating resistor pada ujung loop yang lain ke ground. Sedangkan yang kedua di atas, adalah square loop yang masing2 segitiganya sama2 punya sisi yg berdekatan (di tengah2 loop) yg menggunakan 450 Ohm ladder line yg center fed. Dari center fed ke ujung loop, ladder line tsb di-cross. Saya gak bisa menggambar di email ini, tapi semoga bisa dibayangkan macam apa loop ini. Loop ini memiliki panjang sisi 25 feet (8.3 mtr), 10 feet (3.3 mtr) tinggi, dan dari kawat #14. Di samping itu, loop ini memerlukan ferrite transformer kecil yg dipasang disambungan antara ladder line dan 50 Ohm coax (yg juga berfungsi sebagai balun). Juga perlu dipasang trimmer capacitor untuk menjaga resonance ke arah narrowband. Loop ini agak broadband dibanding typical small loops lainnya. Downside dari loop ini adalah me-reduce signals dari stations di kawasan NVIS krn sifatnya yang meng-cancel semua noise dari ground wave. Thus, loop ini gak cocok untuk kegiatan emcomm jarak dekat dan sedang (NVIS).

Inilah yang saya ingat. Juga saya jarang beroperasi di 160M krn memang tidak memasang antena itu (kecuali di field day setahun sekali atau operate di station milik teman yg available utk 160M). Karena juga sering emcomm, maka untuk HF hanya beroperasi di 40M dan 80M NVIS. Anyways, orang sini bilang "verticals are noisy" dan "you can reduce ground-wave noise much more effectively if you don't rely on a simple horizontal wire." Happy experimenting!

Wyn W. Purwinto
ab2qv@arrl.net
Dewitt, New York, U.S.A.



Yth OM Wyn,
Kita belum pernah jumpa karena saya tidak ikut dalam kegiatan di Anyer, 2006, melainkan OM John Andries, YB0JAX. Beliau adalah elmer saya di awal minat main top band (160m) pada 1997.

Tentang penggunaan antena tunggal untuk TX dan RX pada top band memang mungkin -- dan lazim saja -- dipilih oleh para pemula. Saya pun melakukannya. Namun, kalau tangga DXCC sudah dinaiki semakin tinggi, maka diperlukan progresivitas antara lain: sistem antena RX. Apalagi setelah saya menggunakan antena vertikal untuk TX, yang karakternya memang lebih noisy

Mungkin OM Wyn sudah mahfum bahwa di Amrik atau di Eropa utara, seorang DXer top band bisa meraih 100 negara DXCC dalam tempo singkat karena didukung oleh adanya kurun waktu musim gugur dan musim dingin. Tapi, tidak demikian halnya di Indonesia. Derau tak kunjung berkurang sepanjang tahun apapun musimnya. Jadi, memang perlu investasi untuk sistem antena RX yang khusus. Besaran investasi pun tidak semahal membeli aksesoris untuk stasiun dung-dung karena bisa dibuat sendiri :-))

Karena stasiun YB/YC jarang ada di top band, investasi tsb tidak hanya bernilai bagi saya, tetapi juga bermanfaat untuk stasiun lawan.

Tentang antena RX yang Anda tulis, saya dapat membayangkannya. Yang belum sempat saya coba adalah loop K9AY.

Tnx es 73 de Jo, YC0LOW


From: w.w.purwinto
To: antennamania@googlegroups.com
Sent: Thursday, December 17, 2009 5:03 PM
Subject: Top band RX antennas/Re: Antena Loop untuk RX ala N6RK


Dear OM Jo, saya QSL dan paham banget kiat Anda. No doubt, supplementary RX antenna memang sangat perlu untuk DX hunters di top-band (ground wave operation). Silakan bereksperimen terus. Dan lanjutkan kiprah generasi old timers seperti bro John Andries, YB0JAX. Saya jika berkesperimentasi dng antenna selalu berangkat dari conceptual paradigm (purpose, ground condition, environment, parts/materials, sky wave, ground wave dan objectives). Baru memilih mana antena yang cocok atau mendekati cocok atau homebrew sendiri. Contohnya, untuk top band, saya harus paham dulu apa itu yang dimaksudkan dengan ground wave. Maklumlah, memang saya adalah produksi dari perguruan jalur sepeda (istilah lalu lintas) antara jalur pedestrian (alon2 asal kelakon) dan jalur mobil (cepat kilat), dalam dunia hamradio. He 3x. Jadi kalau saya harus membuat homebrew top band antenna (baik untuk TX, RX dan TX/RX) maka saya harus memperhitungkan kombinasi dari direct wave, ground-reflected wave, dan surface wave yang berguna untuk reject local noise. Di meja PC saya ini ada tulisan dari Brian Beezley, K6STI, yang kebetulan mendiskusikan konsep2 dan data2 ground wave tsb di atas. Belum sempat habis membacanya, saya harus membaca email Anda dulu. Kebetulan Anda tinggal di Cinere yang berbukit dan berlembah. Ini topografi yang rada sulit untuk kompromi dng RX antennas made in Amrik yang khusus untuk flat ground, lahan luas (spt Beverage) dan 4 musim (di lokasi saya malahan lebih banyak waktu dinginnya). Itulah makanya saya ingin membaca dan memahami konsep ground wave. BTW, gud luck wid ur xperiment. "No pain, no gain"

Wyn W. Purwinto
ab2qv@arrl.net
Dewitt, New York, U.S.A.


Klik juga

http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2010/02/n6rk-rx-loop-siapkah.html

dan

http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2010/02/swr-pada-antena-rx-loop-ala-n6rk.html

05 Desember 2009

Masalah pada Antenna TX dan RX 160m

Setelah hampir tujuh bulan lamanya saya tidak aktif pada Top Band (160m) maka awal Nopember 2009 saya mulai siap-siap untuk aktif lagi.

Yang pertama diperiksa adalah sistem antena transmisi vertikal setinggi 18 meter (dengan tiang fiberglass dari Spiderbeam, Jerman). Salah satu kawat tembaga untuk top-hat di ketinggian 17 meter yang sloping telah putus karena hembusan angin kencang di Cinere. Berkurangnya seutas kawat ini (dari tiga utas) menyebabkan melonjaknya nilai VSWR. Terpaksa semua elemen tiang teleskopis diturunkan, disambung dan sekaligus dilakukan servis besar - termasuk weatherproofing ulang di setiap sambungan teleskopisnya.

Yang istimewa adalah mutu fiberglass dari Spiderbeam. Setelah berumur lebih dari setahun, kondisi tiang tetap baik, mengkilat dan tidak ada keretakan apa pun!

Koneksi hairpin coil, ground radials dll ke feedpoint antena juga dibersihkan dari kotoran dan tanda-tanda korosi. Lalu, dibebat dengan 3M rubber splicing tape.

Ketika antena RX ala N6RK dicoba, tidak terdapat adanya tanda-tanda kehidupan alias kaput. Pemeriksaan dimulai dari rangkaian komponen pada unit DX`Remote Voltage Feed, di hamshack hingga Remote Tuning Unit (RTU) di tiang antena loop semua. Tapi, belum ketahuan mengapa kinerja antena RX tidak merespon ketika tegangan listrik DC ditambahkurangkan.

Belakangan baru saya sadari bahwa koneksi inner coax cable tidak sempurna pada salah satu konektor yang menuju perimeter loop. Rupanya, ini disebabkan karena tension (ketegangan) akibat tiupan angin.

Sabtu, 5 Desember 2009, semua sudah beres. Tapi, propagasi masih malu-malu membuka diri. Malam harinya (WIB) saya hanya bisa mendengar HS0ZBW memanggil di 1828.5 KHz. Padahal, saat itu tengah berlangsung The ARRL 160m CW Contest.

15 November 2009

TX3A pada Topband (160m)

Rabu 11 Nopember 2009, sekitar 1300Z, saya menangkap sinyal kuat dari TX3A pada topband (160m), pada 1830.7, QSX down 5. Kondisi band sedang bagus karena sinyalnya terdengar dalam waktu yang lama, sekitar tiga jam setelah itu. Pada puncaknya, RST bisa mencapai 589. Tapi, betapa kecewanya karena panggilan saya tidak satupun terdengar oleh mereka.

TX3A akan menjadi negeri DXCC yang ke-107 bila saya berhasil. Tapi, nasib saya hari itu memang apes. Saya memanggil sampai jontor hingga sinyalnya hilang. Dia lebih banyak melayani stasiun dari pantai barat AS sehingga dugaan saya adalah, antena RX mereka mengarah ke sana. Bukan ke timur.

Sabtu petang (WIB) saya berada di depan radio sejak usai tunaikan Maghrib. Headphone terpasang terus di kuping dan mendengar noise di 1830.7 KHz (bukan mendengar lagu-lagu - karena lagu favorit bisa di-replay kapan saja), lalu bekerja dengan komputer. Pukul 1320Z terdengar TX3A QRV. "DN 5", katanya. Ketika saya ketuk callsign saya satu kali, TX3A langsung readback dan memberikan RST 599 kepada saya. Setelah saya juga readback, saya kirim "RST 559, DE YC0LOW TU".

QSO dua arah pada topband dengannya berhasil dengan sempurna dalam sepuluh detik- walau daya pancar 'hanya' 100 Watt menuju sebuah antena vertikal.

From: "hendro s.joedho"
To:
Sent: Saturday, November 14, 2009 9:11 PM


Good luck OM Jo. 599 pada satu kali panggilan dan semoga bisa segera confirmed. 107 entities di low band, bukan main.

73 es GL, Hen-yc0qr

From: Jo, YC0LOW
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Saturday, November 14, 2009 9:48 PM


yth OM Hendro,
Terima kasih. 599 buat saya mungkin bukan laporan yang sesungguhnya (real report) melainkan laporan gaya DXpedition yang mana nilai RST-nya sudah diprogram dalam logging software dari TX3A.

Yang lebih penting untuk menandai masuknya YC0LOW ke log adalah ketukan "TU" darinya :-)

I love CW full...

From: "hendro s.joedho"
To:
Sent: Saturday, November 14, 2009 10:17 PM


Ya OM Jo, memang gaya report DX atau contest utamanya via software, tapi kalo dg one round qso pastinya betul 599, HI. Nampaknya malam minggu ini masih 'ngalong', scanning di top band.

73, De ycoqr

From: Jo, YC0LOW
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Saturday, November 14, 2009 10:30 PM


Yth OM Hendro,
Belum tentu juga 599. Kemungkinan terbesar adalah

1) Operatornya bertelinga, bukan "alligator" (buaya) yang tanpa kuping. Antena RXnya: Beverage

2) TX3A ada di pulau yang jauh dari QRM (man-made noise) sehingga daya penerimaannya baik bahkan untuk sinyal lemah. Konon mereka pakai Elecraft K3 dan Icom 746-Pro yang
filter DSPnya semua digital.

3) Saya masuk karena belum ada pile-up (a lucky blow).

4) Doa dari teman-teman Orari yang ijabah :-)

Ya, saya sedang cek sistem ground radials antena TX 160m saya karena tadi pagi baru diservis setelah sekian lama kusut terbengkalai.


From: unclebam@gmail.com
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Saturday, November 14, 2009 10:24 PM

CONGRATULATIONS, mas Jo. Rupanya anda memang ter-obsesi utk doin' thing THE HARD WAY, HI !)

[bam]YB0KO/1

From: Jo, YC0LOW
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Saturday, November 14, 2009 10:34 PM



Terima kasih, mas Bam. Semoga sehat wal afiat sekeluarga di Bogor.

Konon, topband (160m) is not a band but an obsession... :-)

10 Oktober 2009

Menjelang Musim Topband (160m) Dimulai

Bila merujuk kepada informasi dari John, ON4UN, dalam bukunya LOW Band Dxing, maka periode equinox nyaris usai. Sejak 15 Oktober setiap tahun, akan berlanjut ke periode musim dingin di belahan utara bumi. Saat itu stasiun-stasiun di sana akan mengalami kurun waktu yang ideal karena MUF yang rendah, siang hari yang pendek, lebih lama dalam gelap, matahari terbit lebih perlahan, lapisan D yang berkurang pada subuh dan senjakala dan tidak banyak QRN akibat badai petir.

Berdasarkan pengalaman saya, maka manfaat itu juga bisa diperoleh bagi kita yang mukim di belahan selatan bumi. Semua QSO 160m, long path yang sejati dari Cinere, yang saya alami (dengan VE1ZZ dan PY1BVY) terjadi pada Oktober. Tentu saja saya mulai bersiap menghadapi musim ini setelah hampir empat bulan lamanya tidak mengudara. Pengecekan singkat terhadap txcvr dan sistem antena transmisi vertikal T-load menunjukkan semua dalam keadaan baik. Target saya, kalau mungkin, bisa menjangkau kawasan pantai timur AS dan/atau bagian timur Amerika Selatan pada topband sebelum matahari terbit di Cinere.

Tiga hari yang lalu, saya mendengar YC1COZ di saat subuh WIB. Juga mendengar 3D20CR di 1824.5 KHz, sekitar 14:00Z, di hari yang sama, namun stasiun DX ini tidak menjawab panggilan saya.

Tadi pagi (WIB), 22:00Z, saya mendengar sinyal JA6LCJ yang kuat. Pada ON4KST Chat Room juga terjadi diskusi yang menarik ketika beberapa stasiun baru di Eropa berhasil kontak -yang pertama kali- dengan VK6GX. Dari Indonesia, sekitar 130:0Z saya dengar YB2EUZ op Dadang (selamat atas prefiks barunya!). Kemudian pada 22:40Z terdengar YC1YU op. Urip di Tangerang memanggil DX. Saya masuk ke frekwensi kerja dia dan kami bertukar laporan. Selamat datang di topband, OM Urip!

02 Mei 2009

JD1BLY dan JD1BMH

From: dadang darwis
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, April 29, 2009 7:41 AM
Subject: [orari-news] JD1BLY dan JD1BMH

Dear OM Jo,

29 April s/d 5 May 2009 JD1BLY, JD1BMH , JD1BLK dan JD1BMT akan beroperasi lagi di Ogasawara

28 Des 2008 12:29 YC2EUZ qso dengan JD1BMH di 160M dan 02 Jan 2009 21:14 qso dengan JD1BLY di 80M....tercantum pada on line log..

apakah JD1BMH termasuk dxcc Japan? atau Ogasawara merupakan dxcc tersendiri?
karena saya menghitungnya termasuk Japan

setelah adanya sedikit perubahan antenna (saya), apakah nanti dapat ketemu lagi dengan JD1BMH di top band?

Dadang D / YC2EUZ



Yth OM Dadang, YC2EUZ,
Ogasawara (JD1/0) adalah entitas DXCC tersendiri. Demikian juga Minami Torishima (JD1/M) yang kemunculannya lebih langka pada topband (160m). Keduanya tidak dihitung sebagai Jepang (JA).

Lokasinya yang lebih ke utara, dari arah Jawa, dan menyeberangi garis katulistiwa, membuat sinyal kita -pada musim ini- dari sini lebih sulit menembusnya karena ada faktor ekuator. Menurut John, ON4UN, dan pengalaman saya selama ini, komunikasi trans-equatorial pada topband akan membaik pada musim equinox.

Kalau Anda sudah confirm JD1 pada topband, jadi berapa jumlah DXCC di sana? 23, 25 atau berapa negara?

Gud DX es tnx. 73 de Jo, YC0LOW

Peru pada Topband (160m)

From: "Jo, YC0LOW"
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Monday, April 27, 2009 6:23 AM


Pagi ini (0549 WIB), melalui Chat-line, saya diminta oleh Jack, OA4TT, untuk mencoba QSO pada topband (160m). Saya sampaikan bahwa saya sedang memanggil CQ pada frekuensi 1818.3 KHz. Dia tidak bisa mendengar sinyal saya, namun, dia minta diberi kesempatan untuk memanggil pada frekuensi saya tsb untuk lima menit lamanya sebelum saat Sun Rise tiba di Cinere.

Yang terjadi sekitar dua menit kemudian adalah saya mendengar panggilannya, di tengah QSB. Dua huruf terjelas yang saya copy adalah "TT". Sayangnya, Jack tidak bisa menangkap laporan RST yang saya kirim berulang-ulang kepadanya. Begitu puncak Sun Rise tiba di Cinere, sinyalnya pun sirna.

Para DXer Indonesia, terutama yang bekerja pada LOW bands, tentu mahfum bahwa sinyal dari Peru merupakan sebuah kelangkaan dalam pendengaran kita. Percobaan long path QSO ke OA-land saya tidak berhasil. Tetapi, fenomena ini membuktikan bahwa segala sesuatu bisa terjadi pada topband. Yang penting, beradalah di sana dan memanggillah!

Locator OA4TT adalah FH16TW (QRB 17829 km, QTF 171°).

31 Maret 2009

VK9GMW (Mellish Reef): Tabah Sampai Akhir

Ini cerita klasik dalam ikhtiar mengejar stasiun dari negara DXCC untuk menambah koleksi pada top band (160m). Saya tidur lebih cepat, sekitar 1300Z, dan bangun empat jam kemudian. Sebelum tidur, minum air putih yang banyak untuk mengaktifkan 'alarm' tubuh. Weker digital tidak perlu dinyalakan karena akan mengganggu tidur XYL. Toh seorang amatir radio tidak boleh mengganggu orang lain ketika berkesenangan :-))


Band hanya dihuni oleh derau yang tinggi. Tapi, biar saya sudah tambah tua, konon untuk menghadapinya musti tabah sampai akhir (pinjam judul film Indonesia jadul ).


Salah satu kesulitan saya untuk mencegat sinyal DX dari arah kawasan timur (Pasifik/Oceania) adalah terhalang oleh Gardu Induk PLN Gandul. Untungnya, hari cerah karena bila hujan turun, derau dari power line-noise akan meningkat.


Kartu QSL 160m, CW. dari VK9GMW
VK9GMW akhirnya terdengar lamat-lamat pada 1823.5 KHz, QSX-UP. Ini salah satu taktik dari operator top band berpengalaman. Dia tidak menyebutkan berapa Kc naiknya. Hanya 'up' alias free-split. Dengan begitu, dia bisa melayani lebih banyak stasiun dari beberapa belahan dunia dalam waktu yang singkat. Jadi, puluhan stasiun Jepang (yang hanya boleh beroperasi sampai dengan 1825 KHz) akan bisa terlayani. Sementara, stasiun non-Jepang bisa memilih memanggil di atas 1825 KHz. Pesta pun dimulai. 


Saya memilih memanggil pada 1825.5 KHz. Sekali dua kali tidak masuk karena bersaing dengan stasiun-stasiun QRO di Eropa. Sedangkan daya saya hanya 100 W.


VK9GMW beroperasi di kawasan yang senyap dari derau. Selain Icom IC-746 Pro, transceiver lainnya adalah Elecraft K3. Keduanya adalah produk istimewa untuk top band. Filter RX digitalnya lengkap. Saya yakin, dengan alat-alat itu mereka akan mendengar sinyal saya dengan jelas betapapun lemahnya. Saya geser frekuensi TX ke 1825.2 supaya tone terdengar sedikit beda dengan yang lain. Ternyata berhasil! George AA7JV punya pendengaran yang baik.


Pada 1806Z kami bertukar laporan singkat untuk dicatat ke dalam log masing-masing. Ini adalah negara DXCC yang ke-106 pada 160m bagi saya. 

Momen beberapa detik ini dipantau oleh John, OZ1LXJ. Dia menulis pada Chat-line ON4KST: "18:07:09 OZ1LXJ John: Congrats Jo YC0LOW". Pemantauan oleh pihak lain ini bisa merupakan sebuah pengukuhan terhadap sahihnya sebuah QSO dua-arah.


Setelah saya, terdengar YC0NWO memanggil dan juga berhasil kontak. Rupanya OM Chandra juga masih senang ngalong untuk berburu top band DX.


VK9LA? Entah ada di mana...

25 Januari 2009

YB-land sebuah Lubang Hitam (CQWW 160 CW, 2009)

Dalam definisi yang standar, sebuah Lubang Hitam (Black Hole) adalah suatu kawasan ruang di mana bidang tarikan gravitasinya sangat kuat sehingga tidak satupun -termasuk radiasi elektromagnetis (contoh: cahaya yang tampak) bisa lolos dari tarikannya tsb. Para DXer terutama Topbanders (DXer pada band 160m) sering menggunakan istilah black hole untuk menandai tempat-tempat di dunia yang buruk untuk dijadikan lokasi DXing karena sulit menerima sinyal lemah.

Sudah jelas, salah satu tempat tsb adalah Indonesia, setidaknya Cinere (OI33jp). Sejak maghrib tiba (24/1, WIB), tidak banyak stasiun DX yang terdengar kecuali VK6 dan 9M2. Padahal, ratusan --atau bahkan ribuan-- stasiun sedang berlomba dengan antena dan daya pancar mereka yang terbaik sejak hari kemarinnya. Antena RX saya, yaitu jenis loop dan Beverage On Ground (BoG) sama sekali tidak berfungsi menangkap sinyal-sinyal tsb.

Selebihnya, penerimaan terbatas hanya terhadap stasiun-stasiun dari negeri sendiri. Sehingga, saya akhirnya memutuskan untuk memanggil/menjawab CQ TEST dari beberapa stasiun, terutama dari Jawa Timur yang baru pertama kali saya dengar muncul di band 160m, seperti: YB3BOA, YB3XM dan YB2JBJ. Adapun stasiun lain yang terdengar dioperasikan oleh golongan 'santri terdaftar' seperti YE1ZAT (stasiun kontes Bekasi, multi-op), YC1COZ, YC1RAT, YC2EUZ, YC2YTH. Bagi saya, pengalaman kontes tahun ini seperti menjalani sebuah QSO party dengan teman-teman setanah air.

Kondisi buruk terus berlangsung sampai dinihari setelah waktu subuh. Tidak terjadi Sun Rise enhancement yang diharapkan. Sepertinya, teman-teman dari Indonesia sudah tahu kondisi ini karena yang tabah sampai akhir mengirim CQ TEST hanyalah YE1ZAT dan YC1COZ.

Sebuah pesan SMS masuk sejak semalam dari OM Dadang, YC2EUZ yang menyampaikan bahwa di Temanggung dia tidak bisa dengar DX karena noise level S9+

Apakah Temanggung --yang country side-- juga punya Lubang Hitam seperti Cinere?

Tnx es 73 de Jo, YC0LOW

22 Januari 2009

Antena L untuk TX

Ketika memeriksa folder-folder email lama, saya temukan tulisan tentang antena L yang dilontarkan oleh OM Tedja, YB1KEN, sbb:

----- Original Message -----
From: Jo, YC0LOW
To: arot@yahoogroups.com
Sent: Thursday, April 13, 2006 7:46 AM
Subject: [arot] Antena Inverted-L


Antena L yang ditulis oleh OM Tedja di bawah ini mungkin dimaksudkan sebagai inverted-L, sebuah tipe antena yang sejak Januari 2006 saya gunakan untuk bekerja di topband (160m) dengan hasil yang baik (5 negara DXCC baru, worked with 100W, sejak Januari 2006). Sebelum ini saya gunakan antena dipole setengah lambda dengan feed-line berupa ladder-line 450 Ohms.

Antena inverted-L adalah antena yang banyak digunakan oleh top bander DX di seluruh dunia karena praktis dan dapat digunakan di band-band yang lain (tergantung pada matching system-nya). Sering dijuluki sebagai "poor man's vertical" (vertikalnya orang miskin) karena biaya pembuatannya sangat murah --tanpa mengorbankan efektifitas dan efisiensinya untuk transmit/TX di band yang diinginkan. Saya membangun antena TX ini hanya dengan biaya sekitar Rp 200.000.

Seperti OM Tedja, saya pun merasa puas dengan tipe antena ini. Bila ingin tahu lebih banyak, silakan browse ke website dukunnya http://www.cebik.com/fdim/fdim10.pdf . Saya berharap semoga antena ini lebih banyak diminati oleh teman-teman di YB-land.

Yang perlu diingat, semua tipe antena vertikal untuk TX belum tentu merupakan solusi jitu untuk memperkecil lahan. Bisa-bisa, ekspansi lahan justru diperlukan untuk membentang ground-radials sebanyak-banyaknya karena di situlah kuncinya.

Adapun ihwal mengenai antena GAP Vertical, saya dapat kabarkan bahwa para top bander DX jarang menggunakannya (kecuali di band 80, 40 dan yang lebih tinggi lagi). Yang sering digunakan adalah Titanex www.titanex.de. Banyak kegiatan top band DXpedition yang berhasil mengirim sinyal yang baik ke pojok-pojok dunia karena menggunakan antena ini.

73 de Jo, YC0LOW

From: Soetedja Wihardja
To: arot@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, April 12, 2006 11:56 PM

Saya melihat di internet ada alternatif antena yaitu Vertikal antena dari "GAP antena" seri Voyager yg dapat bekerja pada 160 meter, 80 meter, 40 meter, 20 meter. Menurut info harganya berkisar US $ 390. Harga sebesar itu cukup berat untuk ukuran saya, dan mungkin juga untuk ukuran banyak rekan amatir lainnya..

Alangkah baiknya, jika antena tersebut yg telah mempunyai reputasi bagus dapat dibuat replikanya di Indonesia, hingga dapat diperbanyak dan dibuat dengan harga murah. Dengan demikian diharapkan lebih banyak rekan amatir yg bekerja pada HF.

13 Januari 2009

Antena RX Jenis Loop ala N6RK pada Band 80m




 Pengamatan awal kinerja antena RX jenis loop ala N6RK saya lakukan pada 80m SSB, tepatnya pada saat YB Net 80m berlangsung pada Senin 12 Januari 2009, mulai 1300 UTC.  

Net Control Station adalah OM Dewa dari Bali. Lokasi NCS di Pulau Dewata tsb sangat menguntungkan bagi pengamatan saya ini karena banyak stasiun dari kawasan Indonesia timur yang check-in. Artinya, makin banyak peluang saya untuk bisa mendengar sinyal dari dari arah timur yang berjarak >1500 kilometer. Gambar di atas adalah dimensi antena RX dari N6RK.

Bisa dilaporkan di sini, saya dapat meng-copy semua sinyal dari daerah panggilan (call-area) 9 dengan baik. Kuat sinyal memang berbeda-beda, namun, rasio S/N yang tinggi membuat penerimaaan menjadi lebih baik. Readibility semuanya Q5! Bahkan, pada saat semua stasiun dipanggil untuk check-in saya dapat mendengar jelas beberapa stasiun yang berebut masuk.

Saya tidak sempat memantau net tsb sampai usai karena malam itu ada pekerjaan penting lainnya sehingga pengamatan saya sudahi sampai dengan panggilan ke call area 2. Namun, subuh dini harinya (WIB) saya coba memantau sinyal dari Eropa pada 80m, CW. Walau pun kondisi propagasi tidak baik, saya sempat menangkap ketukan kode Morse dari stasiun-stasiun di Jepang dan Eropa (timur dan barat). Jadi, saya simpulkan, antena RX loop ini telah bekerja baik bagi saya pada 80m.

Oh ya, saya lupa menuliskan bahwa transceiver yang digunakan dalam pengamatan penerimaan ini adalah unit kesayangan saya Yaesu FT-1000MP (orsinil).

12 Januari 2009

Noise

Di bawah ini adalah diskusi tentang noise pada LOW bands yang dimuat pada maillist Orari-News. 

Diskusi diawali oleh pesan yang dikirim oleh OM Dadang Darwis, YC2EUZ. Saat pesan ini ditulis, beliau aktif berDX pada top band (160m). Pengamatannya tentang propagasi dan noise di kawasan sekitar QTH-nya di Temanggung, Jawa Tengah tidak hanya mengundang banyak pendapat pada maillist, melainkan juga sangat berharga bagi saya karena belum pernah ada laporan yang mendalam dari sana. Itu sebabnya saya kumpulkan dan muat pada blog ini. 

Terima kasih untuk semua yang telah menyumbangkan pikiran tentang ini. Semoga berguna. Selamat menikmati!

From: dadang darwis
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Sunday, January 11, 2009 7:18 AM
Subject: [orari-news] noise


sabtu pagi ternyata noise masih s9 plus di temanggung...dan terdengar menjalar pada semua band..berjumpa lagi dengan VQ9LA untuk yang ke 3 di 1.814/1.816 dan XU7ACY di 1.822.3...just say gm 599...juga termasuk selamat pagi untuk OM Jo..di 1.818.3
minggu pagi condx masih kurang bersahabat...
qso ke 2 stasiun dari Hongkong setelah sebelumnya VR2DS pada Nov 2008,
bertambah lagi dengan VR2PX pada 22.05 1.810.5 579/589
YC0LOW dan XU7ACY terdengar kuat seperti biasanya, beberapa staiun terdengar tapi imut2 banget dan qsb
message dari OM Jo, jangan terkena penyakit top band....mendengar dan mencari signal yang lemah...hehehe..terima kasih

dadang d / yc2euz


From: Jo, YC0LOW
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Sunday, January 11, 2009 7:48 AM
Subject: Re: [orari-news] noise


Yth OM Dadang, YC2EUZ,
Anda tergolong beruntung karena, dalam waktu yang relatif singkat, bisa berjumpa dengan dua stasiun dari VR2 pada top band. Beda pengalamannya dengan saya yang perlu menunggu sampai setahun lamanya untuk berjumpa dengan VR2BG, satu-satunya stasiun yang beroperasi pada top band (160m) dari Hongkong.

Pagi ini saya dengar sinyal kuat dari Anda pada 1828 KHz. Rupanya, penyempurnaan demi penyempurnaan pada antena TX terus Anda lakukan. Semoga segera bisa dapat QSO dengan Bjorn dan John di Svalbaard (JW-land). Letak mereka yang ke utara EU akan lebih memungkinkan dijangkau dari Indonesia melalui polar path.

Kalau tentang derau (noise) pada top band, ya memang di band inilah pusat kerajaannya.
73 de Jo, YC0LOW

----- Original Message -----
From: dhismas wibowo
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Sunday, January 11, 2009 1:01 PM
Subject: Re: [orari-news] noise

OM Jo dan temen2 lain penggemar derau,

Beberapa saat lalu saya mendapatkan akses di rooftop kantor, letaknya di dak lantai 5.Tempatnya lumayan luas, sekitar 20x20 meter. Tempatnya memungkinkan untuk memasang antenna.

Saya bawa TS-690S ke kantor dan power supply switching. Ruangan saya di Lt 3. Di sisi timur gedung, dan punya sendiri jendela yg bisa dibuka.

Test RX 1.
Kabel sepanjang 5 meter, saya "klewerkan" dr jendela, nggantung ke bawah lewat jendela, dan ujung satunya saya hubungkan ke konektor antenna. Kabel ini difungsikan sbg antenna. Jam 12.30 WIB radio dinyalakan, scanning di semua band.
Noise sangat tinggi antara S7-S9 di semua band. Biasanya, pada jam-jam makan siang, di 40m band saya biasa dengerin banyak temen-temen qso.

Sore hari jam 19.00 WIB, radio dinyalakan lagi, terdengar beberapa temen qso di 80m dan 40m. Tetapi susah untuk meng-copy karena tertimbun noise.

Test RX 2.
Dari radio, kabel sepanjang 20m, keluar lewat jendela. Dari jendela Lt 3 naik ke rooftop di lantai 6, terus flat. Jadi bentuknya seperti inverted-L, dengan sisi vertikal 10m dan sisi horisontal juga 10m.

Jam 12.30 WIB radio dinyalakan, scanning di semua band. Noise tinggi antara S5-S7 di semua band. Tidak terdengar adanya QSO di band 40m.

Sore hari jam 19.00 WIB, radio dinyalakan lagi, terdengar beberapa temen qso di 80m. Kondisi noise masih tinggi sehingga susah untuk meng-copy percakapan.

Lokasi kantor saya ada di daerah industri, di daerah sunter Podomoro.Test RX ini berlangsung selama 1 bulan.

Ketika radio saya bawa ke rumah, hanya dengan paperclip yang dipasang di konektor antenna, radio tersebut bisa denger temen2 qso dengan jelas di 80 dan 40m.

bagaimana cara mengurangi noise tersebut ya?

73, yc0nho

----- Original Message -----
From: Jo, YC0LOW
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Sunday, January 11, 2009 6:32 PM
Subject: Re: [orari-news] noise


Yth OM Dhismas, YC0NHO,
Rooftop sebuah bangunan tinggi juga pernah menjadi idaman saya untuk dijadikan tempat bagi sebuah antena TX. Sehingga, saya pernah berhasil memasang antena untuk TX jenis dipole untuk topband di lantai 33 di gedung tempat kantor saya berada. Namun, semua sia-sia. Noise yang didapat di sana jauh lebih 'beringas' karena QRM (man-made noise). Satu lantai di bawah rooftop adalah tempat untuk mesin-mesin AC/chiller. Lalu, dipinggir bangunannya ada banyak neon-sign berlistrik.

Untuk menjawab pertanyaan Anda, maka prinsip jawabannya adalah lakukan 'noise audit', misal menjauhi gedung bertingkat yang masih dioperasikan. Juga kita bisa mengurangi interferensi broadcast, bila ada, dengan menggunakan bandpass filter, dll. Saya yakin, walaupun hotel bertingkat tinggi selalu dipilih oleh pelaku DXpedition, namun pada akhirnya mereka akan lebih memilih bangunan hotel yang rendah namun sudah lulus proses 'noise-auditing' olehnya.

Kita tidak bisa menambah kuat sinyal stasiun lawan. Yang bisa kita lakukan adalah 'nulling-out' derau lokal (local noise) dengan menggunakan antena penerima yang terpisah. Rasio S/N yang baik untuk penerimaan harus diperoleh dengan memainkan faktor gain dan directivity pada sistem antena penerima. Saya sebut sebagai sistem karena di dalamnya termasuk juga fungsi pre-amp eksternal/internal, dll. Pada antena TX, faktor-faktor dan fungsi tsb digunakan hanya untuk keperluan pancaran.

Cara terakhir yang paling jitu dalam mengurangi derau adalah menjauhi 'kerajaannya' :-))

PS: Saat ini saya sedang gunakan dan mengamati antena RX loop ala N6RK untuk 160m/80m yang menurut saya lumayan kinerjanya (lihat http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/ ) bila dibandingkan dengan beberapa model RX loop yang pernah saya coba sebelumnya.

Tnx es 73 de Jo, YC0LOW

----- Original Message -----
From: dhismas wibowo
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Sunday, January 11, 2009 11:17 PM
Subject: Re: [orari-news] noise


Ternyata anda sdh lebih dulu mencoba om Jo,

rasa-rasanya kerajaan derau buka cabang di perkantoran dan gedung-gedung bertingkat.. :-)

Saya masih ngincer sebagai alternatif lahan untuk occasional tx. Jarak 20m dari qth, ada PD pasar jaya.Baru selesai dibangun. rooftop sama dengan lantai 4.Tempatnya lumayan luas, sepertinya cukup untuk 4 x 4 square phased array antenna di 40m.

Minggu-minggu depan semoga ada waktu luang buat audit noise. Sepertinya low noise,tdk beda jauh dgn qth.

Bentuk antenna rx yg baru anda coba spt cerita di blog anda, sepertinya menarik. Sekedar pengin tahu, anda mencobanya formasi array atau single? Mengingat tidak memakan tempat dan simple, sepertinya memungkinkan untuk dibuat/dipasang dalam formasi array. Ya... kali aja bisa nyoba seperti temen2 di belanda yg pasang array 4xK9AY loop.

Btw, bagaimana cara audit noise menurut anda?

73, de yc0nho

----- Original Message -----
From: unclebam@gmail.com
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Monday, January 12, 2009 12:50 AM
Subject: Re: [orari-news] noise


DR WO2K,

tambahan dikit:
- - - - - - - - - - -
man-made noise yg disebut mas jo di bwh ini kebanyakan berpolarisasi vertikal, makanya ada yg mengusulkan (lebih pas-nya: meneorikan) bhw utk mengurangi-nya (tp TIDAK utk menghilangkannya) gunakanlah antena (RX) yg berpolarisasi horizontal.
bbrp orang pinter (di bidang per-antena-an) menyebutkan bhw kebanyakan kepanjangan antena yg berupa kelipatan ganjil dr 1/4 lambda akan membentuk sebuah antena vertikal (pd band-band tertentu) yg tentunya berpolarisasi vertikal juga.
konsekuensi logisnya (ato sebenarnya lbh merujuk kpd "common sense" belaka), bertambah panjang ukurannya (mis.: 3x, 5x, 7 x dst dr 1/4 lambda di band x), bertambah besar juga noise yg di-pick up-nya.

walopun nggak persis-persis banget ... antena RX-1 dan RX-2 anda kok jatuhnya nyrempet-nyrempet di kategori "kelipatan ganjil" dr 1/4 lambda di 80 dan 40m, brngkl -- kalo' blm smpt anda turunin -- bs dicoba dipanjangin dikit shg mendekati ukuran 1/2 lambda di masing-masing band, trus silah umpan dia ditengah-tengah (center fed), JNGN dg end fed spt selama ini.

kalo' aja bang jo YB0JWA ada "monitor" di milis ini, brngkl bisa ato mau sharing pengalaman bliao dg naikin antena di puncak/roof top gedung bertingkat banyak yg dilakoninya selama ini.

- - - - - - - - - - - -

btw, sy sndr prnh "mengamati" fenomena yg sama wkt br pindah ke QTH sy yg di bogor ini (akhir 1999). dg radio biasa (home rx, tp ada BFO-nya) berantena telescopic whip sy nggak bisa denger apa-apa ... noise mengalahkan segalanya.
kebetulan suatu hari listrik/palino mati -- dan begitu sy ON-kan rdo tsb ternyata 40m seolah terbuka lebar-lebar. bgt listrik nyala lagi, noise-hunting pun dimulai ... ternyata hanya sela satu pekarangan/kebun di blkang rumah ada tiang listrik swadaya tetangga dr RT sebelah, dan di atasnya tergantung lampu neon 70an watt yg mngkn sdh 2-3 thn nggak pernah dimatiin (krn memang langsung di"wyndom" dr kabel yg melintang di atas, jd nggak pake skakelar on/off spt seharusnya ).
alkisah, listrik di RT sebelah tsb (yg dicatu dr gardu yg berbeda dg gardu pencatu tempat sy) memang voltage-nya "amit-amit" banget, paling tinggi juga 170 - 180 V, shg disamping lampu neon tsb (dan jg di rmh-rmh para tetangga) suka' byar-pet jg "generating" noise yg cukup mengganggu.

solusi wkt itu, melalui jejaring RT/RW sampe Kelurahan sy provokasi anak-anak muda disitu utk mengajukan "petisi" ke PLN, utk mengganti koneksi perkabelan ke gardu lain, ato meng-check tarikan kabel dr gardu yg skrng, jangan-jangan masih bisa di"mainin" koneksi antar fasanya (akhirnya ternyata opsi yg terakhir ini yg bener). ternyata trick tsb berhasil, dan noise dr neon yg byar-pet krn voltage yg "marginal" tsb bisa dibilang g'prnh muncul lg ..., sampe sy bisa naikin antena (dan berganti bbrp kali) dan mulai on-air lg sejak januari 2000 sampe skrng ...

[note: "musuh" sy cuma petir "yg ganas", angin (daerah sekitar kan msh "kosong"), layangan sehabis musim panen, dan kerbo pembajak sawah di blakang rmh (yg pernah nyruduk bambu tiang antena yg "salahnya" sy tancepin di sisi luar dr pagar keliling pekarangan]

[bam]

----- Original Message -----
From: Jo, YC0LOW
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Monday, January 12, 2009 5:37 AM
Subject: Re: [orari-news] noise


Yth OM Dhismas, YC0NHO
Terima kasih atas responnya. Saya memasang antena RX loop-nya dalam formasi single. Kalau pun sudah merasa mantap dengan kinerjanya, saya tidak akan pasang secara array melainkan akan membuat versi yang dimensi lebar loop-nya dua kali lebih panjang dari yang sekarang, misal menjadi 12 meter coax-nya.

Tentang noise auditing pada low bands. Sebenarnya caranya mudah, tidak seseram istilahnya. Yang harus diingat adalah auditing hanya untuk QRM (man-made noise). Periksa alat-alat rumah tangga, kabel listrik, lampu-lampu TL di sekitar dll. Bila ditemukan sumbernya maka hilangkanlah. Untuk itu, gunakan radio penerima yang portable seperti SONY tipe ICF dan tune pada band MW (misal di sekitar 1710 KHz) dengan antena teleskopisnya yang dipanjangkan. Kalau mau lebih 'canggih' dapat menggunakan alat-alat seperti MFJ-852 (untuk kabel PLN) atau MFJ-1025/1026 (untuk derau lokal yang berasal dari satu titik). Antena RX loop dapat juga digunakan untuk kegiatan ini.

Selamat berkesperimen. 73 de Jo, YC0LOW

----- Original Message -----
From: wo2k
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Monday, January 12, 2009 8:51 AM
Subject: Re: [orari-news] noise

OM Jo,
Pada band MW tersebut, mode apa yang saya gunakan? SSB-kah, AM-kah, atau any mode?

de ycØnho

----- Original Message -----
From: Jo, YC0LOW
To: orari-news@yahoogroups.com
Sent: Monday, January 12, 2009 9:01 AM
Subject: Re: [orari-news] noise

Yth OM Dhismas, YC0NHO,
Kalau saya, cenderung gunakan mode (prioritasnya berdasar urut-urutan): AM, SSB dan yang terakhir CW (bila pada perangkat receivernya ada mode ini). Kita mulai saja mendeteksi noise dengan mode yang bandwith-nya lebar. Sesungguhnya, dengan mode AM pun kita sudah bisa mendeteksi sumber-sumber QRM di sekitar kita. Tks es 73 de Jo, YC0LOW

08 Januari 2009

Antena RX Jenis Loop ala N6RK di Cinere






Awal Januari 2009, saya membuat antena penerima (RX) jenis loop berdasarkan skema dari Rick, N6RK (lihat www.n6rk.com/loopantennas/pacificon.pdf). Dua komponennya yaitu varactor NTE618 dan ferrite toroid agak sulit ditemukan di Jakarta sehingga harus dipesan dari sumber-sumbernya di Amerika Serikat (Mouser dan Amidon).

Singkat cerita, akhirnya semua bahan siap dirakit dan cukup waktu sekitar tiga jam saja untuk mendirikan sitem antena RX tsb. Konon, antena tsb bisa dipakai untuk RX pada band-band 80m dan 160m. Salah satu keuntungan dari sistem ini adalah kita bisa menala antena tsb secara remote dengan mengubah voltage yang ditempatkan di hamshack. Jadi, kita tidak perlu keluar-masuk rumah untuk menalanya (lihat gambar rangkaian transformer, paling atas)


Bagaimana hasilnya? saya akan perlu waktu untuk mengamati kinerjanya, dan menuliskannya bagi Anda.

03 Januari 2009

Malam yang Ramai pada 160m

Malam yang lumayan ramai terjadi hari ini (UTC). Maksud saya, ramai oleh stasiun-stasiun dari Indonesia. 

Pertama terdengar adalah Ray, YC1RAT, lalu Feri, YC1COZ, dan Dadang, YC2EUZ. Dua yang terakhir disebutkan, dengan sengaja 'mampir' di frekwensi saya 1818.3 KHz untuk menyampaikan RST dan ucapan "HNY" (sekitar 2205Z). Entah bila mereka berhasil mendapatkan stasiun DX atau tidak. Yang jelas, bagi saya, pembukaan propagasi telah terjadi dalam kategori lumayan - walau tidak ada negara DXCC baru. 

Salah satu 'delight' dari bekerja DX pada topband (160m) adalah bahwa kita tidak pernah tahu kapan bisa mendengar dan didengar di negeri jauh yang mana. 

UA9KAA masuk log pada 2144Z. Lalu, SP6HEQ op. Wies, pada 2159Z. QSO saya yang pertama dengan Wies adalah pada 1998! 

Stasiun yang terdengar adalah RL3FT, 4S7NE, VQ9LA, HS0ZEE, 9M2AX, XW1B, DL5ANT dan XU7ACY. RL3FT op Yuri, melaporkan pada DX Cluster bahwa dia mendengar panggilan saya RST 579.


Satu hal yang sangat mengganggu saya adalah sejak sebulan ini, level derau (noise) di Cinere meningkat tajam usai pukul 0500 WIB. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Entah apa penyebabnya. 

Saya duga, para tetangga sudah pada bangun, lalu mulai menyalakan alat-alat listrik untuk menyambut datangnya mentari pagi. 

Pengecualian terjadi terhadap sinyal DL5ANT yang masih terdengar baik (569) pada lima belas menit setelah waktu sun rise (2243Z).


Post Scriptum:
Sekelumit statistik dari stasiun YC0LOW pada topband (160m) selama 2008 dan perbandingan datanya dengan 2007 (dalam tanda kurung). 

Semua dalam moda CW, sbb: Jumlah QSO: 142 (272), Negara DXCC: 44 (61), Negara DXCC Baru dalam Koleksi: 01 (03), Jumlah Stasiun YB/YC Worked 8 (5).


Tnx es 73 de Jo, YC0LOW