Kalau selama ini milis antennamania diramaikan dengan diskusi tentang antena untuk TX, maka kali ini saya munculkan isu antena untuk RX terutama untuk band 'susah' 80m dan 160m. Dimensinya tidak terlalu besar sehingga hampir bisa dipastikan dapat didirikan di lahan yang sempit. Panjang kabel coax RG-58 sebagai bahan baku antena loop tunggal = 20 feet atau 6.4 meter
Sejak Desember 2008, saya selesaikan pembuatan antena jenis ini dengan sedikit kesulitan, terutama dalam hal pengadaan toroid FT-82A-61 Amidon untuk transformer dan varactor NTE618 Mouser yang keduanya saya pesan langsung dari AS. Komponen/bahan lainnya tersedia berlimpah di Indonesia.
Dibandingkan dengan eksperimen-eksperimen saya terdahulu dalam membuat loop antena untuk RX, maka tipe ini adalah yang paling berhasil saya buat. Pada top band (160m), saya bisa mereduksi noise level di musim monsoon menjadi hanya 3 s/d 5 S-unit, maksimum. Saya juga sudah memanfaatkan antena ini untuk mendengarkan radio siaran internasional dan nasional pada moda AM, di band Medium Wave (MW) tanpa perlu alat pre-amp. Kedengarannya jadi lebih enak karena kita bisa menyetel level rasio S/N yang diinginkan dengan mengubah variabel voltage DC dari hamschack.
Pada band 80m, SSB, saya bisa mendengar hampir semua peserta Net Nusantara atau net Indonesia di pagi hari (WIB) dengan readability yang tinggi. Sedangkan pada 3.5 MHz, CW, band amatir, kinerja antena ini bahkan lebih baik lagi (misal: bandwith lebih lebar dari pada di 1.8 MHz).
Karena dimensinya yang kecil dan ringan, antena ini bisa diarahkan ke arah yang diinginkan dengan menggunakan rotator antena TV untuk 'nulling' derau (noise) yang konstan dan berlebihan di QTH saya akibat dari jarak yang dekat dengan Gardu Induk PLN Gandul. Tapi, berhubung belum punya rotator, saya mencobanya secara manual.
Hari libur mendatang rencananya saya akan membuat loop yang khusus untuk 160m (panjang total coax 40 feet). Dari Rick, N6RK, saya sudah dapat panduan untuk sedikit mengubah nilai kapasitor dan tuning diode (varactor) dalam rangkaian Remote Tuning Unit (RTU).
Saya pernah menulis di blog TOPBANDDXDI INDONESIA http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/ namun karena sudah ada milis baru ini maka saya kirimkan lagi presentasi lengkap dari Rick, N6RK (terlampir).
Selamat menikmati! Tnx es 73 de Jo, YC0LOW
From: Bam, YB0KO/1, unclebam@gmail.com
mas jo, tnx a lot ...
+ it's really a BIG "pencerahan", apalagi dg 'ngikuti paparan Rick N6RK yg di mata sy selain VRY descriptive juga "eye opening" -- terutama baris-baris yg pin pointing misleading-nya informasi yg selama ini di"telen" oleh "average ham like us", even dr text booknya Terman dan publikasi ARRL/Connecticut ( see page 3); ARRL Antenna Book (point 3 page 6) ....
terus juga ttg "no definitive published explanation on max. circumstances" (point 1 page 12); "incorrect" description of "electrostatic shield" and the "overlooked skin effect" (page 17); emphasis on use of ordinary xfrmr instead of balun (as we wud normally think of), page 33 [sy jadi inget Sevick -- yg baru SK 29/11 kmrn --, yg "mengangkat" issue perlunya balun sbg xmission line xfrmr, yg KHUSUS pd shielded loop-nya sndr mmng nggak diperlukan krn tdk ada transmission line (!)] .......,
BUT then ..... SRI FR my silly (or telmi) question: what the hell is SO2R?
++ btw, sebenarnya sy juga msh "gelap" kmn hrs pergi utk 'nyari PVC Sked 40 eceran di sini (tempoari banyak iklan dr WAVIN type Tigris Green yg kalo' sy nggak salah tafsir adalah juga msk jenis Sked 40 ini -- krn dipake utk plumbing jaringan air panas -- , tp dr semua agen ato retailer pipa PVC di Bogor sini tdk ada yg bisa 'ngasih keterangan, apalagi wkt ditanya n sy jwb cuma perlu paling 2 btng utk masing-masing dia. 1.5", 3/4" dan .5" dg sinis dia bilang: wah oom, kalo' perlunya 1 truk ato buat proyek apa gitu sih kami mau aja nyariin ..... (!).
sampe saat ini kalo' perlu pipa PVC yg agak "berkelas" sy pake merk WAVIN yg type AW (setrip biru), inipun di radius 5-6 KM dr QTH sy juga mesti pesen, krn yg banyak diecer di toko material adalah type D (setrip merah) yg masuk jenis "thin walled" PVC tubing.
Kalo' mau pake yg relatip lbh berat sy pake merk RUCIKA (inipun mesti pesen ke "kota", ato kalo 1 -2 batang mesti ambil sendiri) ato kalo' yg dia 0.5" sy lantas ambil conduit merk Clipsal - yg kebetulan kok ya pas banget (snugly fit) utk dibikin telescoping dg RUCIKA yg 3/4".
salam:
[bam]
6*38’03.28” S, 106*48’20.98” E
(alias bogor pinggiran)
PS:
brngkali [kalo' memang ada yg mau bikin juga] mas Wyn ab2qv ato bli Ketut Wiadnyana KC8PPD bisa (hopefully) bantu sourcing ke Mouser ato Amidon
Yth OM Bam.
Terima kasih atas komentarnya. Saya juga baru sadar bahwa upaya eksperimen saya sebelumnya rupanya banyak salah karena mengikuti persepsi yang salah - setidaknya demikian menurut Rick, N6RK.
Tapi, hasilnya memang beda. Walau sedikit diubah dan disesuaikan dengan kondisi di Cinere, termasuk pipa PVC-nya, antena RX loop tipe ini adalah yang kinerjanya paling baik dan kontan memberi dampak positifnya.
SO2R adalah Single Operator Two (2) Radios. Dalam presentasinya halaman 43, Rick menyebutkan bahwa dia menggunakan dua transceiver terpisah (bukan dengan satu transceiver) yang masing-masing TX pada 1801 kHz, dan RX (sambil transmit) di 1805 kHz.
73 de Jo, YC0LOW
From: Partono Partokardi, YB2CPO
OM Jo,
Kalau datangin komponen langka mestinya jangan satu sehingga ongkos kirim jadi murah... (maunya nitip maksudnya)
Menyangkut bahan: Dalam artikel Pacificon disebutkan coax - 75 ohm sedangkan dari OM Jo menggunakan RG-58 apakah tidak merubah performance?
Toroid FT-82A-61 bila tidak di dapat apakah bisa disubstitusi dengan type lain?
Mungkinkah antena Loop RX ini di kombinasi dengan W7IUV Low Band Preamp yang membutuhkan komponennya lebih tersedia di pasar Indonesia
thanks 73
Yth OM Tono,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya pesan barang langka seperti toroid Amidon dan varactor Mouser secukupnya saja sesuai keperluan pribadi. Masing-masing dirancang untuk pemakaian di rumah dan yang lain untuk unit cadangan/dipakai pada saat berkesempatan beroperasi di luar rumah. Nanti kalau saya pesan lagi, akan saya himpun dulu nama-nama peminatnya supaya bisa pesan sekaligus.
Pergantian bahan konduktor coax (dari 75 Ohm ke 50 Ohm) untuk antena tidak terlalu kritis. Saya coba menyesuaikan impedansi gulungan transformer-nya dengan MFJ-259B. Ternyata pedoman 5:50 lilitan yang diberikan Rick, N6RK cukup adil.
Jenis toroid dapat diganti dengan tipe material 43 (high permeability) namun, loss lebih besar sedikit (hlm. 34). Saya belum coba menggunakan toroid tipe ini.
Pemakaian RX loop ini mungkin saja dikombinasi dengan pre-amp. Saya kebetulan gunakan RX Antena Swicth sekaligus pre-amp DX Model II, buatan KD9SV. Namun, kenyataannya untuk 160m/80m, pre-amp tak lagi diperlukan. Jadi antena ini hanya terhubung ke antenna switch-nya. Beda dengan pengalaman saya ketika mencoba antena RX tipe EWE dan Flag yang harus dibantu dengan pre-amp.
73 de Jo, YC0LOW
From Dhismas, YC0NHO
Kalo ada temen2 tertarik utk membuatnya, dan berencana mu beli bahan2nya, mari kita gabung utk bareng2 beli komponen itu.
Saya juga tertarik utk mencobanya.
Om Jo, low band pre amp macem mana yang anda pakai?
Salam
Wo2k
Yth OM Dhismas,
Kalau mau pesan sendiri, ini referensi, harga-harganya:
- varactor NTE618 Mouser: US$ 2.70 per buah
- toroid Amidon FT-82A-61: US$ 1.70 per buah
- ongkos handling sekitar US$ 25 (orang Amrik, musti dibayar mahal untuk membungkus barang pesanan)
- ongkos kirim, sekitar US$ 15 bila pakai servis 1st Class US Mail. Saya pilih servis yang paling ekonomis, pos udara, un-insured, sekitar US$ 10.
Saya tidak tahu apakah varactor tipe tsb dan/atau yang sejenis seperti MVAM109, MVAM115 dan MV1401 (lihat hlm 48) dapat ditemukan di Jakarta. Kalau ada, menurut saya, akan lebih baik bila stasiun-stasiun pengendali Net Nusantara 80m, SSB, memiliki antena RX loop ini agar dapat lebih baik menerima pancaran.
Pre-amp yang saya gunakan, silakan lihat di http://www.radiobooks.com/, klik: KD9SV Products, lalu klik: Solid State Relay DX-pedition II (catalog number SV-DXIISS).
Tnx es 73 de Jo, YC0LOW
Dari: Wyn, AB2QV
Dear OM Jo. Anda mengajak kita masuk ke lahan SWL. Apakah ini tidak redundant? Maksudnya, sebagai AR apakah tidak sebaiknya memilih proyek yang murah, aman, dan berkualitas untuk kedua TX dan RX sekaligus. Pertanyaannya, apakah Anda pernah bereksperimen membuat top band antennas yg bisa andal untuk kedua TX dan RX sekaligus? Misalnya, pernah memasang toroid dan parts lainnya di satu antena untuk TX/RX sekaligus dan berhasil baik? Ini yang saya tunggu. Tnx n 73.
Wyn W. Purwinto
ab2qv@arrl.net
Dewitt, New York, U.S.A.
Yth OM Wyn, AB2QV.
Wacana antena khusus untuk RX memang jarang didiskusikan pada penggila DX pada high bands (skywave propagation). Tapi, bagi DXer pada LOW bands (groundwave propagation), isu RX bahkan lebih penting daripada ihwal TX agar tidak menjadi alligator.
Jadi, menurut hemat saya, isu RX ini juga cocok untuk DXer, bukan hanya bagi SWLer. Juga, ini bukan mengenai biaya yang murah dan mahal, saya kira itu sangat relatif.
Dari sekitar 3500 QSO CW saya pada top band (160m), sejak 1997, maka hampir setengahnya dilakukan tanpa antena RX. Karena, pada tiga tahun pertama, kondisi propagasi sangat baik. Tapi, tahun-tahun setelahnya sangat berbeda alias penerimaan makin sulit.
Saya pernah mencoba TX/RX pada top band dengan berbagai jenis antena (dipole, inverted-V, inverted-L).
Sayangnya, tidak ada jalan keluar yang makin mudah, dan murah, bagi saya untuk bisa meningkatkan daya penerimaan pada band misterius ini kecuali melengkapi stasiun YC0LOW dengan sistem antena RX dan perangkat lainnya. Itu pun masih terbatas karena saya tidak bisa mendirikan Beverage secara permanen.
Rupanya, konsekwensi memilih top band adalah berhadapan langsung dengan tantangan-tantangan RX yang banyak, seperti: berada di equatorial zone yang kaya akan QRN, lokasi rumah yang di perkotaan, target untuk memperoleh DXCC 160m, dll.
Tentu itu semua bersifat pribadi.
'You can't work them if you don't hear them'.
Tnx es 73 de Jo, YC0LOW
----- Original Message -----
From: w.w.purwinto, Thursday, December 17, 2009 2:59 PM
Oh BTW, bro Jo, CMIIW. Seinget saya kita pernah jumpa di Anyer tahun 2006. Waktu itu kita diundang oleh pengurus Orda Banten untuk turut memeriahkan HUT ORARI dng mendirikan field day di kompleks mercu suar Anyer. Betulkah? Anda kan yang setup a vertically polarized (array) top-band antenna yang di-erected dari mercu suar? Sayangnya propagasi pd hari itu kurang mantap. Saya datang bersama YB0DPO, YB0MCR dan YB0KLI bersama YLnya. Maksud saya ke situ untuk menikmati hidangan sambil eye ball qso, malah diminta menyambut setelah kepala DisHub oleh Mandor YB1TC.
Anyway, maksud pertanyaan saya pada email terdahulu dng reason bhw kebanyakan hams, baik di Amrik maupun di Ina, hanya punya satu hf rig. Thus, kalo ada hasil eksperimen one single top-band antenna yang bisa mumpuni untuk TX n RX sekaligus, dan murah-meriah, why not gitu loh.
As for RX only, yang saya ingat itu ada Ungrounded Beverage antennas yang membutuhkan lahan luas (gak cocok untuk urban areas), antenna yang rejects local noise (insensitivity to vertically polarized radiation), dan the K9AY terminated loop (directional receiving antenna). Yang lainnya, saya kurang paham. Yang kedua dan terakhir saya sebut adalah loop antennas. Yang terakhir cocok untuk lahan cekak yang terbuka (harus bebas dari bangunan dlsb yang cenderung mengurangi performance). Tapi harus menggunakan 9:1 impedance-matching tarnsformer pada satu ujung loop ke ground, dan terminating resistor pada ujung loop yang lain ke ground. Sedangkan yang kedua di atas, adalah square loop yang masing2 segitiganya sama2 punya sisi yg berdekatan (di tengah2 loop) yg menggunakan 450 Ohm ladder line yg center fed. Dari center fed ke ujung loop, ladder line tsb di-cross. Saya gak bisa menggambar di email ini, tapi semoga bisa dibayangkan macam apa loop ini. Loop ini memiliki panjang sisi 25 feet (8.3 mtr), 10 feet (3.3 mtr) tinggi, dan dari kawat #14. Di samping itu, loop ini memerlukan ferrite transformer kecil yg dipasang disambungan antara ladder line dan 50 Ohm coax (yg juga berfungsi sebagai balun). Juga perlu dipasang trimmer capacitor untuk menjaga resonance ke arah narrowband. Loop ini agak broadband dibanding typical small loops lainnya. Downside dari loop ini adalah me-reduce signals dari stations di kawasan NVIS krn sifatnya yang meng-cancel semua noise dari ground wave. Thus, loop ini gak cocok untuk kegiatan emcomm jarak dekat dan sedang (NVIS).
Inilah yang saya ingat. Juga saya jarang beroperasi di 160M krn memang tidak memasang antena itu (kecuali di field day setahun sekali atau operate di station milik teman yg available utk 160M). Karena juga sering emcomm, maka untuk HF hanya beroperasi di 40M dan 80M NVIS. Anyways, orang sini bilang "verticals are noisy" dan "you can reduce ground-wave noise much more effectively if you don't rely on a simple horizontal wire." Happy experimenting!
Wyn W. Purwinto
ab2qv@arrl.net
Dewitt, New York, U.S.A.
Yth OM Wyn,
Kita belum pernah jumpa karena saya tidak ikut dalam kegiatan di Anyer, 2006, melainkan OM John Andries, YB0JAX. Beliau adalah elmer saya di awal minat main top band (160m) pada 1997.
Tentang penggunaan antena tunggal untuk TX dan RX pada top band memang mungkin -- dan lazim saja -- dipilih oleh para pemula. Saya pun melakukannya. Namun, kalau tangga DXCC sudah dinaiki semakin tinggi, maka diperlukan progresivitas antara lain: sistem antena RX. Apalagi setelah saya menggunakan antena vertikal untuk TX, yang karakternya memang lebih noisy
Mungkin OM Wyn sudah mahfum bahwa di Amrik atau di Eropa utara, seorang DXer top band bisa meraih 100 negara DXCC dalam tempo singkat karena didukung oleh adanya kurun waktu musim gugur dan musim dingin. Tapi, tidak demikian halnya di Indonesia. Derau tak kunjung berkurang sepanjang tahun apapun musimnya. Jadi, memang perlu investasi untuk sistem antena RX yang khusus. Besaran investasi pun tidak semahal membeli aksesoris untuk stasiun dung-dung karena bisa dibuat sendiri :-))
Karena stasiun YB/YC jarang ada di top band, investasi tsb tidak hanya bernilai bagi saya, tetapi juga bermanfaat untuk stasiun lawan.
Tentang antena RX yang Anda tulis, saya dapat membayangkannya. Yang belum sempat saya coba adalah loop K9AY.
Tnx es 73 de Jo, YC0LOW
From: w.w.purwinto
To: antennamania@googlegroups.com
Sent: Thursday, December 17, 2009 5:03 PM
Subject: Top band RX antennas/Re: Antena Loop untuk RX ala N6RK
Dear OM Jo, saya QSL dan paham banget kiat Anda. No doubt, supplementary RX antenna memang sangat perlu untuk DX hunters di top-band (ground wave operation). Silakan bereksperimen terus. Dan lanjutkan kiprah generasi old timers seperti bro John Andries, YB0JAX. Saya jika berkesperimentasi dng antenna selalu berangkat dari conceptual paradigm (purpose, ground condition, environment, parts/materials, sky wave, ground wave dan objectives). Baru memilih mana antena yang cocok atau mendekati cocok atau homebrew sendiri. Contohnya, untuk top band, saya harus paham dulu apa itu yang dimaksudkan dengan ground wave. Maklumlah, memang saya adalah produksi dari perguruan jalur sepeda (istilah lalu lintas) antara jalur pedestrian (alon2 asal kelakon) dan jalur mobil (cepat kilat), dalam dunia hamradio. He 3x. Jadi kalau saya harus membuat homebrew top band antenna (baik untuk TX, RX dan TX/RX) maka saya harus memperhitungkan kombinasi dari direct wave, ground-reflected wave, dan surface wave yang berguna untuk reject local noise. Di meja PC saya ini ada tulisan dari Brian Beezley, K6STI, yang kebetulan mendiskusikan konsep2 dan data2 ground wave tsb di atas. Belum sempat habis membacanya, saya harus membaca email Anda dulu. Kebetulan Anda tinggal di Cinere yang berbukit dan berlembah. Ini topografi yang rada sulit untuk kompromi dng RX antennas made in Amrik yang khusus untuk flat ground, lahan luas (spt Beverage) dan 4 musim (di lokasi saya malahan lebih banyak waktu dinginnya). Itulah makanya saya ingin membaca dan memahami konsep ground wave. BTW, gud luck wid ur xperiment. "No pain, no gain"
Wyn W. Purwinto
ab2qv@arrl.net
Dewitt, New York, U.S.A.
Klik juga
http://topbanddxdiindonesia.
dan
http://topbanddxdiindonesia.