From: Dadang Darwis, YB2EUZ
To: orari-news@yahoogroups.com Monday, January 11, 2010 11:15 AM
Dear OM Jo,
longpath dx qso..untuk qso 160M paling jauh sampai dimana sih? kalo sudah bisa qso dengan LA, OH, SM, KL, VE...apakah itu sudah dapat dikatakan tx antenna berfungsi cukup baik? artinya kan termasuk penerimaan juga?
ini kemarin sempat ditanyakan oleh rekan amatir di Tmg dan aku jawab... sekedar bilang...ya namanya juga lagi nyoba2, kalo langsung di oprek jadi lebih paham, karena langsung tau hasilnya mereka gak mudeng melihat aku selalu merubah sistem antena penerima yang sudah terpasang. Received di 40M dan 80M bagus..di 160M bisa dipakai, karena faktanya bisa mendengar dan qso dengan stasiun yang cukup jauh jaraknya...kok ya masih dibongkar dan diganti lagi? hehehe capek deh...
----
Yth OM Dadang,
Sebuah QSO dua-arah Long Path yang maksimum akan terjadi di antara dua titik lokasi pada lingkaran badan planet bumi yang terletak pada diameter 180 derajat. Jarak maksimum antar-titik lokasi antipodal dari Cinere terletak di Venezuela. Jaraknya lebih dari 20.000 km, atau setengah dari jarak 360 derajatnya. Kalau saya tidak salah, panjang lingkar bumi adalah sekitar 42.000 km (garis lurus/spherical).
Nah, rambatan sinyal dalam jarak yang mendekati 20.000 km itulah yang disebut jarak LP. Diperlukan banyak pantulan (multi-hop) agar sinyal merambat dan faktor propagasi membantu karena tak ada absorbsi yang berarti. LP pada topband (160m) umumnya bisa terjadi bila sebuah stasiun memancar pada saat sunrise-nya dan berada di timur terhadap stasiun targetnya.
Kalau propagasi baik pada highbands, misal 28 MHz, tidak perduli waktu siang atau malam, sinyal kita yang merambat 360 derajat dimungkinkan terdengar sendiri oleh kita dengan cara memutar antena TX kita ke arah kebalikannya. Suaranya sering menjadi bergema (ada echo-nya). Memang sih, tak sampai 'ngajuit' (Sunda) alias feedback. Pada topband (160m) hal itu adalah sebuah keajaiban.
Bagi saya, definisi DX tidak dibatasi oleh satuan ukuran jarak tertentu kecuali entitas (rule dari ARRL). Jadi, ke 9M2, 9V atau VK6 pun sudah DX. Tapi, setelah lama main di topband, kalau band sedang sepi - dan belum dapat negara DXCC baru (yang makin lama makin susah ditemui), saya suka bermain-main dengan jarak pancaran dan daya (power output). Sekaligus untuk mengevaluasi kondisi propagasi dan menilai kinerja antena TX buatan sendiri. Jadinya, saya sering terpesona sendiri. Mungkin inilah RACUN-nya topband. Untuk berkonsentrasi penuh, saya bahkan tidak pasang antena untuk band-band lainnya! YC0LOW tidak buka cabang di mana pun...
Secara teoritis, sebuah antena yang resonan untuk TX juga akan baik untuk RX. Jadi, kalau ngoprek antena TX jangan 'kesusu' (Jawa). Biarkan dia 'menghibur' kita - sebagai majikannya - untuk beberapa saat, misal 3 atau 4 minggu. Jangan lupa membuat catatan-catatan yang rinci terhadap stasiun apa yang didengar dan yang berhasil dikontak. Jadi, OM Dadang dkk, lanjutkanlah/wariskanlah nilai-nilai kejuangan untuk menaklukkan obsesi bekerja DX pada topband :-))
Kebanyakan amatir suka cepat-cepat mengubah antenanya karena hal itu adalah yang paling mudah -dan murah- dikerjakan. Kalau menyambung PCB txcvr atau linear amp. yang retak jalurnya 'kan memang lebih sulit :-)) Perlu suryakanta...
Kronik adalah laporan kronologis tentang kegiatan/peristiwa tertentu. Simak ihwal Top Band (160m) yang sejak 1977 muncul di milis: YBNet-L s/d Orari-News. Karena geografi Indonesia, bekerja DX pada band ini tak semudah pada band-band lain. Namun, akan elok bila ada yang masih mau mencoba karena ada peluang - dan alokasi Medium Frequency dari pemerintah Indonesia tak sia-sia! Saya tunggu Anda pada band 160m. Jangan ragu untuk memberi komentar. Tnx es 73 de Jo, YC0LOW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar