19 Februari 2011

SDR (Software Defined Radio), Kehadirannya Menjadi Kontroversi

"Web SDR (software defined radio) adalah sebuah web penerima sinyal radio dengan software(s) yang terhubung dengan internet yang memberi keleluasaan bagi banyak pendengar radio untuk bisa sekaligus menyimak bunyi dan menala penerimaannya", demikian sekelumit definisi SDR yang ada pada preambule http://www.websdr.org/


Teknologi SDR telah memungkinkan semua penggunanya untuk tune secara independen dan bisa secara simultan menerima sinyal-sinyal yang berbeda.  Hasilnya sangat kontras dan berbeda dengan hasil banyak radio penerima klasik yang juga terhubung dengan internet.


Bulan Februari 2011 ini, pada Top Band Reflector, SDR dikupas habis oleh kalangan top banders. Ada yang pro dan kontra terhadap kehadirannya. Mengapa?


Ternyata, penggunaannya yang makin meluas di kalangan topbanders telah menimbulkan ekses negatif karena banyak dari pendatang baru di band tsb (mereka yang tidak sabar untuk menaiki tangga DXCC) secara berjamaah menggunakan fasilitas SDR tsb untuk menjalin 160m QSO 2-arah. Tentu saja hal tsb dianggap curang.


Kalau sebelumnya rangkaian elektronik SDR dibuat terhubung dengan transceiver, sekarang tidak perlu lagi. Sistem SDR paling mutakhir tidak lagi membutuhkan soundcard pada sebuah PC untuk memproses sinyal - apalagi perlu hardware DSP. 

Silakan cek transceiver FlexRadio (www.flex-radio.com) dan/atau rangkaian penerima Perseus, SDR-IQ dan SDR-14.


Gbr. 1. "Though small we are mighty". SoftRock SDR (photo courtesy of SoftRock)
Board Softrock SDR buatan Tony, KB9YIG (Gbr.1, atas) hanya berisi komponen-komponen utama seperti tiga transistor dan empat buah Integrated Circuits (IC). Board ini dihubungkan dengan antena penerima pada sisi input dan di sisi lain (output) ke input stereo, dengan port USB, dari sound card Anda. Tentu saja, ada koneksi ke catu daya 12 VDC. Kit SoftRock dijual untuk berbagai band amatir dan juga BC.


Kombinasinya dengan software pengendali dan sound card berkwalitas baik, maka akan didapat bandwith luas dan hasil penerimaan yang fantastis.

Gbr. 2. Panel depan kotak SoftRock v.160m. Jack Stereo untuk LINE-IN

Gbr. 3. Board SDR SoftRock v.160m warna hijau, atas, menuju ke konektor BNC untuk antena RX.







 
Saya masih menyimpan dengan baik sebuah SDR kit board buatan Tony yang factory assembled (lihat Gbr. 2, 3, atas), Hingga saat ini belum dicoba secara intensif. Insyaallah, dalam waktu segera. OM Nyoman, YB1NWP, membantu saya untuk mengecek alat tsb (lihat Gbr. 4).


Pada tahun 2006, saya pernah menulis di milis OrariNews tentang Softrock 160m. Anda dapat melihat tautannya pada


http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2008/02/re-softrock-160-receiver-kit-jumat-juni.html  dan
http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2008/02/softrock-160-receiver-kit-selasa-juni.html


Gbr. 4. Nyoman, YB1NWP, sedang mencoba produk Softrock di QTH-nya (Feb 2011)
Bagi teman-teman yang mau dengar QSO 160m, CW dan SSB, melalui web SDR, silakan coba mengunjungi web-nya. Pilih situs yang sistem SDR-nya paling dekat dengan kawasan yang hendak Anda pantau


Pada web SDR milik WB4MAK (menggunakan SoftRock), Anda bisa mendengar -dan bahkan MELIHAT-  di notebook Anda, betapa band 160m penuh dengan stasiun AS yang ngobrol dengan SSB, seharian. Lalu, pada saat SunSet, usai maghrib, WIB, Anda bisa tiap hari dengar banyak dan lihat sinyal CW dari AS yang memanggil DX. Panggilan tsb belum tentu bisa didengar oleh kita dengan sistem/set-up transceiver yang konvensional (tanpa SDR).


Majulah teknologi digital
Malulah para pecundang di Top Band...


2011/2/23 daryono daryono YC1CYD
Selamat siang Om Jo,
Saya tertarik dengan SDR anda , bagaimana performansinya dibanding RX yang konvensional?
Mohon penjelasan tentang kontroversialnya SDR , apakah yang Web SDR  ?
Saya pernah beberapa kali monitor lewat Web SDR ( Universitas U Twente dan yg lainnya)
untungnya suara Iwak Iwak yang di 3770kHz nggak terdengar sampai sana....
Memang luar biasa wb sdr tsb , satu receiver bisa digunakan rame2 di frekuensi/band yang berbeda beda.
Salam,
Daryono



2011/2/23 Jo, YC0LOW menjawab:


Yth OM Daryono, YC1CYD
Penerimaan dengan SDR tentu jauh lebih baik ketimbang RX yang konvensional. Itu yang saya dapati pada band 3,5 dan 7.0 MHz. Untuk band 1.8, saya harus tambahkan ruang lingkup frekwensinya dalam .INI file-nya dan merubah
oscilator-nya. Saya sedang belajar merubah setting-nya

Kontroversi penggunaan SDR utamanya ada di lingkungan
topbander puritan. Mereka percaya komunikasi terestrial, point-to-point. Agak masochist, memang.

Keberatan utamanya adalah banyak pemakai stasiun SDR yang
(un-registered) berhimpun dan secara curang melakukan QSO dua-arah dengan teknologi tsb. Kartu QSL tetap dipertukarkan dan digunakan untuk klaim award DXCC.

Isi peraturan DXCC #9 sendiri juga ambigu. Dinyatakan di sana bahwa
" Lokasi tiap stasiun akan juga dianggap sebagai lokasi dari pemancar." Bagi sebagian orang kalimat tsb tidak jelas karena TIDAK mencantumkan istilah "penerima" (receiver). Bukankah sebaiknya kalimat lengkapnya adalah "Lokasi tiap stasiun akan juga dianggap sebagai lokasi dari pemancar dan penerima, dan jarak antara pemancar dan penerima adalah tidak lebih dari xx meter"

Tapi, teknologi digital tidak bisa dibendung. Yang diperlukan adalah etika dalam berkomunikasi dan cara yang jujur dan adil untuk mendapatkan kartu QSL - apalagi untuk klaim
award.

Bagi DX
SWL-er teknologi SDR amat membantu mereka dalam beraktifitas dalam hobinya.

Beberapa hari yang lalu, saya lihat di layar web-SDR ada identitas YG8TUX sedang memantau band amatir 40m.

Tnx es 73 de Jo, YC0LOW





Tidak ada komentar: