Bekerja DX di Top Band tidak selalu bisa berhasil melakukan QSO dua-arah. Ini harus diyakini oleh seorang Top Bander. Kalau begitu, di mana kepuasannya?
Minggu pagi saya perbaiki ground-rod berupa besi beton yang awal saya tanam,
menjadi ground-rod 'sungguhan' yang terbuat dari pipa tembaga, ukuran setengah inci, panjang sekitar dua meter, dipantek di bak-kontrol selokan kompleks perumahan yang selalu basah. Karena bahan tembaganya bagus (TNX, sumbangan dari Rizal, YB0QO), maka saya mudah menyolder duapuluh sembilan buah kawat ground radials ke batang tersebut sehingga sistem koneksi ground dari antena saya jauh lebih baik daripada sebelumnya. SWR pada feedpoint saya ukur bergeser menjadi >2: 1. Cukuplah. Konon, nothing magic with lowest SWR antenna!
Ketika bekerja di selokan yang basah, beberapa tetangga menyapa saya: 'Wah, mingu-minggu bersihkan comberan, ya Pak. Tumben?' Saya jawab: 'Eh, ya ya,' sambil kikuk. Inilah 'resiko sosial' yang harus ditanggung oleh seorang amatir radio yang ngoprek fasilitas umum di kawasan umum (emang sih hujan terus, tapi gimane lagi jawabnye...?)
Sejak 2100Z saya CQ di 1818.5 KHZ, tapi tidak satupun stasiun DX masuk ke
log. Sekitar 2137Z, stasiun DL9KR terdengar memanggil saya, tapi noise level membenamkan sinyalnya. Saya, yang sedang mencari-cari stasiun TY5MR, agak 'malas' melayani DL9KR karena parahnya kondisi tersebut dan kami sudah pernah QSO di Top Band. Situasi ini di-spot oleh Mike, VK6HD ke dx cluster (2138Z).
Kepuasan (kalau pun itu namanya) akhirnya didapat. Satu jam kemudian, Alan, G3ZES, mendengar panggilan saya di 1815 KHz. Ini adalah laporan yang pertama datang dari G-land sejak saya gunakan antena inverted-L, 100 W. Dini hari tadi, kontes WPX SSB masih berlangsung sehingga di Eropa banyak gangguan ke sub-band CW. Penerimaan Alan pun terganggu karena splatter SSB. Melalui The Low Band Chat, kami tukar info. Ssilakan dibaca dari baris terbawah:
unpredictable around 18
Top Band: siape tuh nyang rajin bersihin comberan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar