10 Agustus 2011

Antena TX Multi-band ZS6BKW

Setelah sunspot meningkat, dan long-haul DX pada highbands menjadi makin sering terjadi, saya merencanakan untuk membuat antena kawat baru untuk multiband TX pada band-band 80m-10m.


Tadinya, saya berharap bisa mengulang keberhasilan ketika pada beberapa tahun lalu saya membuat  -dan dipuaskan oleh- antena jenis G5RV 80m-10m. Namun, sekarang saya lebih tertarik dengan antena tx --yang juga multiband-- berdasarkan referensi di internet dari pembuatnya Brian, ZS6BKW  (d/h G0GSF).



Konon, kinerja antena ini (gambar atas, diambil dari http://www.nonstopsystems.com/radio/frank_radio_antenna_ZS6BKW.htm) lebih baik daripada G5RV walau jenis ini merupakan produk "sepupu"  antena G5RV yang legendaris yang dibuat oleh Louis Varney.


Apakah ada teman-teman Orari yang sudah mencobanya? Kalau ada, saya mohon petunjuknya dan/atau informasi hasilnya melalui milis OrariNews ini. Tnx es 73 de Jo, YC0LOW




11 Agustus 2011, bam yb0ko1 soetrisno menulis:
OM Jo,
G5RV versi ZS6BKW ini sdh prnh sy ulas di orek-orekan lawas: G5RV vs W6JJZ (terlampir lwt japri), tp sbg “appetizer” buat rekan yg mo ‘ngisi sore-sore menunggu bedug buka puasa dg ‘mbaca-‘mbaca (ato syukur-sukur kalo’ ada yg punya lahan lebih, ato punya “bekas”G5RV yg mau di-revitalize” – spt OM Ton YB2CPO di salatiga – mngkn malah bisa lngsng dipraktekin week end ini ;)  sy copy-n-paste aja bbrp hlmn dr orek-orekan tsb, sbb:

Stuart K5KVH menawarkan alternatip instalasi yang lebih sederhana bagi modifikasian Glenn, WA4AOS yang disebut duluan. Alih-alih menaruh ketiga kaki elemen dengan sudut 1200 antar kaki (‘nggak kebayanglah bagaimana repotnya kalo’ mesti sendirian ‘ngerjain yang beginian), Stu menaikkan ketiga kaki JUGA pada bidang horizontal, tetapi dengan kaki stub TEGAK LURUS terhadap elemen flat-top (lihat gambar berikut), dan dengan bangga meng claim: …. One of the best DX antennas I have ever had (cuma aja dia tidak sebut di band mana …).
Stu mengambil ukuran yang mirip ukuran pada versi ZS6BKW tersebut diatas, dengan 12.2 mtr 450 ohm open wire sebagai matching stub.
Menjawab pertanyaan ybØko/1 yang meminta konfirmasinya bahwa “itung-itungan” penulis yang mengkon-versikan ukuran-ukuran dalam satuan foot dan inches ke satuan metrik serta beberapa points tentang instalasinya Stu menjawab sbb.:

[Hi Bam, no problem with the metric dimensions! Yes, the K5KVH is identical (with G5RV), but (during installation) the doublet wire (flat top) and matching stub (450 ohm ladder line in mine) describes a letter "T" if
you look down on it from an airplane. Thus, that is what I meant by the dipole and the feeder being in same reference plane, they are all horizontal above earth at same elevation.
The parallel feeder ties off in a tree, then the coax leads 65 feet to the shack, using RG 8x.
The pattern was about as omnidirectional as it would be if the wire was altered to 120 degree spacing to the feeder, I think.
Contrary to most of G5RV users believe, there is no requirement that the first section of feeder be vertical from center of the antenna! When I realized that, I could put it up on the short trees I had.
The wire dimensions of doublet part are 92 ft (28 mtr over all), fed in center. The ladder line is 40 Ft. (12.2mtr) and the coax is whatever is needed to go to shack. (IF using 300 ohm line, the flat top becomes 90 ft (27.43 mtr) as I recall, the 300 ohm twin lead 32 (34?) ft.  9.75 ~ 10.36 mtr)
Sorry I do not have the metric conversions at hand, but it follows exactly the paper by ZS6BKW as quoted in "CQ" (and later in his Antenna book by Bill Orr, W6SAI).
My invention was putting the parallel feeder and antenna wire all horizontal for ease of use of short supports.
One example of its utility was on 20m where from my QTH in central TX (Texas) I was in round table with VK, ZL, a KL7 and a CE station (in Chile), all at same time and was only one to hear all with S9 signals, and they
could hear me that well also.
The antenna played super well for DX on 40m to such as Norfolk Island (SSB at 100 watts or less), and was low in SWR except on 15m (was 3:1 with poorer pattern into Pacific rim – most likely caused by lobing).
It is a good antenna, and was found better with my final modification (by installing a 15m dipole, run off same feeder, and supported off the longer doublet). Mine worked all that DX at only average height of 15 to 20 feet! Was not in the peak of sunspot cycle either, with max. power of 100 watts SSB – Stuart K5KVH]


Ato, OM Jo .... kepalang kuyub ..... brngkl mau lngsng ngejajal ZS6BKW versi K5KVH ini (dg cannibalizing existing defunct G5RV), either di Cinere ato di Gng Malang?

Salam:
[bam]


11 Agustus 2011 Jo, YC0LOW menulis:
Yth OM Bam,


Terima kasih atas tanggapannya.


Sampai pesan ini ditulis, belum satu pun yang merespon pesan terdahulu saya di milis Orari. Mungkin sedang sibuk semua.


Saya sudah kepalang basah memotong kabel (tembaga diameter 1.8mm dan ladder-line 450 Ohm), menyolder dan membungkus sambungan pada feedpoint dengan Scotch rubber-tape untuk weatherproofing antena ZS6BKW 80m-10m. Saya tertarik mencobanya karena untuk mendapat match, konon, multiband antena TX ini tidak perlu wide range tuner sedangkan G5RV masih perlu.


Hari ini antena kawat sudah siap di darat. Tinggal lagi menyiapkan tiang penunjang kedua beserta sistem pulley untuk kerekannya, dll.


Saya akan dirikan antena ini di halaman kantor di Cirendeu, bukan di QTH Cinere. Sudah ada tiang pertama -termasuk sistem pulley-nya- yang merupakan menara triangle untuk UHF link dan internet setinggi 30m. Tinggi tiang kedua akan sekitar 15 meter DPT. Kelak, antena kawat ini sedikit 'sloping' ke utara. Saya akan gunakan antena ini untuk LOW power.


Kalau di QTH Gn Malang, Jawa Barat, sudah tak lagi perlu karena ada antena-antena TX low bands lain yang siap pakai dan, menurut saya, ideal dan terbukti andal  :-)


Agn, mni tnx es 73 de Jo, YC0LOW

08 Agustus 2011

DX-ing dari Lahan Kota Jakarta


Artikel di bawah ini saya tulis pada 2006, atas permintaan teman-teman Orari Lokal Tamansari, untuk dicetak pada Buku Panduan Hamfest di Latumeten City, Jakarta, 2006. Setelah beberapa tahun berselang, saya ubah sedikit agar lebih updated. - Jo.

Berbeda dengan kisah-kisah zaman baheula, ketika para experimenter dan DXer bisa memanfaatkan banyak lahan luas di kota besar, amatir radio kini yang bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, lebih sering terkendala dengan keterbatasan lahan untuk membangun antena transmisi untuk band High Frequency (HF) yang sesuai. Lahan kosong menjadi makin langka karena pesatnya pembangunan perumahan dan didirikannya fasilitas-fasilitas umum dan komersil lainnya.

Mungkin ini salah satu penyebab mengapa kegiatan DXing pada low bands (40m, 80m dan 160m) menjadi (makin) tidak populer. Sebagai gantinya, sejumlah besar amatir radio yang telah mendapat lisensi Penegak dan Penggalang memilih bekerja DX pada high bands. Sedangkan sejumlah lainnya dengan cepat tertarik berkomunikasi dua-arah pada spektrum VHF dan UHF.  

Pertanyaannya adalah: kalau memang banyak kendalanya, apakah DXing masih layak dicoba dari lahan kota seperti Jakarta ini?

Salah satu aspek yang menarik dari hobi radio amatir adalah kebebasan pelakunya untuk mencari tantangan dan mengembangkan minatnya di dalam sebuah koridor dan regulasi yang universal. Sehingga, sah-sah saja bila ada yang hanya ingin ngobrol (rag-chewing), ingin eksperimen antena tx-rx/transmitter/repeater, ingin fox hunting, ingin membina organisasi, atau bahkan ada yang getol berkaraoke di ham fest, dll.

Bagi semua amatir radio, berlaku dalil bahwa setiap kendala adalah sebuah tantangan. Sehingga, sah-sah pulalah bila masih ada sekelompok amatir radio yang berusaha menjawab tantangan untuk DXing walaupun terkendala oleh banyak hal. 

Karena Jakarta adalah kota besar terpadat di Indonesia, maka tidak heran bila di sini jugalah terdapat sejumlah besar kegiatan DX dari Indonesia yang berarti.. 

Banyak fakta-fakta bersejarah yang membuktikan bahwa justru stasiun-stasiun amatir radio dari Jakartalah yang berhasil membukukan QSO DX yang pertama kali terjadi antara Indonesia dengan stasiun-stasiun dari negara-negara lain (all modes all bands). Untuk menyebut beberapa contoh: adalah QSO dua-arah, CW, antara YB0ZEE (klub stasiun Orari Lokal Tamansari) dengan ZP6CW  pada Juli 2006 pada topband (160m), CW. Operatornya adalah Bob, YB0AQB. Stasiun tersebut menggunakan antena TX vertikal yang diterbangkan dengan balon gas. Ini sebuah kegiatan unik dan pertama di Indonesia.’Jalur’ (path) dari Jakarta ke Paraguay adalah sangat sulit – bahkan pada high bands!  

Contoh lain adalah berhasilnya YB0AZ, YB0DPO,YB0A dan YB0ECT membukukan QSO dengan 3Y0X  (Februari 2006) yang –walau terjadi pada high bands-- menurut saya, bukan hal mudah. Stasiun YB0ECT juga mencatat QSO bersejarah dengan VP8THU dan VP8GEO (South Sandwitch; South Georgia Island).

Tentu saja, contoh-contoh di atas hanya mewakili sebagian dari sejumlah besar prestasi yang dicatat oleh DXer lainnya yang tinggal di kota-kota yang padat penduduk di luar Jakarta. Masih banyak data yang belum saya dapatkan sehingga belum bisa menuliskannya secara lengkap.

Terdapat banyak faktor-faktor penentu bagi sebuah stasiun  yang memancar dari lahan kota besar untuk bisa menjalin QSO DX dua-arah dengan sempurna. Namun, pada kesempatan ini, saya hanya ingin menyoroti satu faktor penting yang acapkali dilupakan oleh seorang amatir radio, yaitu: ’persistence’ (= ketekunan atau kegigihan, dari Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Gitamedia Press, 2005). Sifat-sifat inilah yang sebenarnya menjadi kunci keberhasilan seorang DXer di manapun dia bermukim dan pada band apapun dia bekerja DX.

Para pendatang baru dalam dunia DXing sering kali ingin secepatnya menyelesaikan target-target perolehannya hanya dengan melengkapi stasiunnya dengan peralatan-peralatan baru. Kebanyakan ingin segera menjadi stasiun ’big-gun’ dan enggan menjadi ’little pistol’. Dalam kegiatan ngobrol di udara dengan koleganya, banyaknya jumlah perolehan negara DXCC baru sering menjadi satu-satunya tolok ukur prestasi.

Istilah-istilah ’big’ dan ’little’  yang khas amatir radio tersebut di atas sebenarnya telah menunjukkan bahwa keduanya punya peluang yang sama besar -- hanya apabila disertai ketekunan, bukan investasi uang! Sebab, karakter kondisi propagasi pada high frequency (HF) tidak bisa diduga – apalagi dikalahkan hanya dengan QRO (high power), misalnya. Pencapaian-pencapaian prestasi DX oleh stasiun-stasiun QRP (low power) adalah bukti pennyeimbang yang nyata.

Ketekunan yang dianut oleh seorang DXer dari lahan kota besar akan menuntunnya kepada pemahaman yang luas dan mendalam untuk secara berkesinambungan berlatih diri di segala bidang, antara lain: propagasi, antena, prosedur operasi dan teknik radio dll. Untuk itu, internet dapat dijadikan sumber daya ’terbesar’ yang dapat diperolehnya dengan mudah.

Dengan ketekunan itu pulalah dia memahami kondisi-kondisi yang ada di sekelilingnya sehingga hobi ini dapat dinikmati dengan suka-cita dalam waktu yang panjang. 

Selamat ber-DX dari lahan kota besar!

*) Penulis adalah anggota Orari Lokal Cilandak. Mulai DXing di Jakarta, 1993, utamanya pada topband (160m, CW). Jumlah DXCC confirmed 235 (all modes - all bands) dari 341 (Agustus 2011). Pertama di Indonesia yang  mendapat sertifikat DXCC pada 5-bands yang menjadi privilese tingkat Penegak, yaitu 10m, 15m, 40m, 80m dan 160m

Daya Pancar Melemah pada IC746Pro

Pada 7 Agustus 2011, saya menulis di maillist OrariNews, sebagai berikut:

Untuk pedoman/referensi pribadi, saya selalu cek dan mencatat daya pancar (power output) pada Icom 746Pro (s/n 0205688) saya dengan dummy load yang terdapat pada MFJ-989C.

Peralatan pada hamshack, Agustus 2011. Elecraft K3 tidak terlihat
Catatan log sampai dengan minggu lalu, menunjukkan semuanya normal, bisa 100W maksimum. Namun, beberapa hari ini saya temukan bahwa indikator daya pada txcvr - dan juga pada dummy load - hanya menunjukkan 60% atau 60W saja pada semua band/mode (kecuali  AM 40%=40W) walau tombol RF PWR sudah pada posisi maksimum clockwise. Tegangan DC dari PSU Alinco EP-55 adalah normal 14V.


Produk-produk awal jenis ini terkenal karena sejarah gagalnya driver IC (IC151) yang mudah panas sehingga menyebabkan "no RF output". Tapi yang saya alami adalah hanya berkurangnya daya pancar. Apakah ada pemakai IC746Pro di Indonesia yang pernah mengalami hal seperti ini? Saya belum mau bercerai dengan txcvr ini karena kinerjanya pada 160m memuaskan saya


Mohon bantuan penjelasan/diagnosis dari Anda. Tnx es 73 de Jo, YC0LOW




Pada 8/08/2011, Adhi Sanjaya , YC0CCW, menulis di OrariNews:
 Dear OM Jo,
Saya juga mengalami hal yg sama… power output max hanya 80 watt ( baik pada HF maupun VHF )… kurang puas utk drive grounded grid amp J
Saya sudah coba align dgn merubah hex code pada hidden menu (ada di service manual) juga tidak ada perubahan… (dan malah faulty pada rf power output-nya)
Memang banyak kelemahan di ic151, tapi selain itu rangkaian pre drive dan drive –nya common utk HF/VHF (broadband amplifier) à setelah rangkaian tsb, final HF dan final VHF terpisah…
Saya juga akan minta bantuan rekan utk analisa/trace bagian control unit sampai rf unit dgn bantuan rf signal generator, apakah memang bagian rf unit (predrive drive & final amp) yg melemah atau bagian control unit (PLL system-nya)…
Any other ideas ?... Anyway, the 746pro also has a great tx audio… 73, adhi, yc0ccw


Pada 8/08/2011 Jo, YC0LOW menulis di Orari News sbb:


Yth OM Adhi,
Terima kasih atas tanggapannya. Sehari sebelum saya melontarkan isu tsb ke milis Orari News, saya juga kirim pesan ke milis IC746@yahoogroups.com. Beberapa tanggapan yang saya peroleh adalah sebagai berikut (semuanya belum dicoba, namun tampaknya mudah dan berhasil bagi mereka. Ini mengurangi kekawatiran saya yang berlebihan, Sebagian saran sudah saya terjemahkan secara ringkas). Mudah-mudahan bermanfaat untuk Anda.


* Mark, W3RRK: Bersihkan sekering dan koneksi kabel daya dari PSU. Dari 60W menjadi normal 100W


*Fred, W4JE: Coba lakukan:
 1. Pilih RTTY mode, dgn Tuner OFF. Transmit dan catat daya dan SWR-nya pada transceiver.
 2. Tekan knob TUNER dan cobalah transmit lagi. Ada perubahan?
 3. Bila ada perubahan, tukarlah jumper coax di antara MFJ dan txcvr dan coba cek ulang


*Tony, KD8BKK: Periksa kabel daya dari PSU (lihat gambar bawah). Saya temukan tekanan yang kendur pada kutub + di sekering. Setelah diperbaiki, normal kembali 100W
Kabel daya Icom dengan konektor Molex 6-pin
Adapun dari arsip maiilist tsb, saya temukan ulasan dari Herb, KV4FZ. Dia adalah seorang topbander yang pernah mendengar sinyal 160m, CW saya di Virgin Islands. Rupanya dia juga pengguna IC-746 Pro.

Dua buah pin Not Connected pada konektor 6-pin Molex bisa menjadi tambahan untuk menghindari panas akibat arus yang besar pada kaki pin yang standar.

Solusinya mudah, tulisnya:  "since this is a six pin Molex, using only 4 of the six, is to add two additional pins on each side. I did this with insulated crimp sleeves and shrink tubing thus expanding the current carrying capacity. No more problems." (lihat gambar diagram di atas)



Menurut saya, Icom-746 Pro unggul di kelasnya (dan saat awal muncul di pasaran) pada fitur digital filternya terutama untuk RX pada LOW bands, walau tipe ini tidak memiliki konektor untuk antena RX.


Baik OM Adhi, bila saya sudah sempat mencobanya, saya akan menuliskan hasilnya di sini. Tnx es 73 de Jo, YC0LOW


9 Agustus 2011, 2011/8/9 Leo YD0NWU
Om Jo....perangkatnya minta di remajain lagi tuh kayaknya....!


73, LEO-YD0NWU


2011/8/9 Jo, YC0LOW
Yth OM Leo, YD1NWU,
Saranmu itu sudah sulit dilakukan karena Nazir, bendahara kegiatan hobi saya, sudah dicokok penegak hukum

2011/8/9 Pri Handoyo
  Om Jo ... Sepertinya coba dulu spt apa kata W4JE. Kalo gak ada perubahan juga,....Hmmmmm,.....bawa aja ke Cucuk YB0GUO,... heee hee heee...


Selamat berpuasa Om Jo,... Hari ini seneng bukan maen saya dapat ST0R di CW .... New One...Nambah lagi buat DXCC entities ( Setelah berjuang 2 Jam lebih manggil2, maklum cuma 50 W)


73 de Pri, YB0ECT




2011/8/9 daryono daryono


  Om Jo,
Saya sudah lihat skemanya , IC151 kelihatannya oke karena IC tersebut digunakan juga untuk band VHF , dan VHF anda tidak bermasalah.


Sewaktu key down dan tombol RF Power full clockwise , bagaimana dengan backlight nya apa menjadi sangat redup?


Saya lihat di skema, backlight dicatu dari DC-AC inverter yang diambil dari tegangan unregulated, tentunya kalau ada drop tegangan , backlight akan redup. Mudah2an drop tegangan hanya karena fuse yang kotor/kendor.


-Daryono


2011/8/9 Jo, YC0LOW
Yth OM Daryono,


Terima kasih atas bantuannya.


Semalam, kondisi transceiver saya sudah pulih setelah kutub-kutub PSUnya dibersihkan - termasuk skun kabel yang menuju PSU saya. Tadinya, saya berniat untuk mengganti kabel lama dengan yang baru. Tapi, ternyata tidak perlu, mas!


Yang belum dicoba adalah menambahkan sepasang kabel DC pada kabel daya sehingga akan berfungsi 3 pasang (dari 2) kabel daya pada konektor Molex tipe 6 pin, seperti saran Herb KV4FZ. Menurut dia, penambahan tsb akan membuat suhu panas pada kabel daya -sebagai akibat dari arus tinggi yang melewatinya- akan berkurang.


Saya sudah mutakhirkan artikel tentang itu pada blog saya dengan gambar-gambar dan diagram baru.
http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2011/08/daya-pancar-melemah-pada-ic746pro.html


Sebagai gambaran, pada kondisi sebelumnya transceiver cuma mau kerja maksimum 60% RF Power Out-nya. Pada saat key-down, cahaya pada backlit display TIDAK redup. Walau sempat cemas,  gejala tsb membuat saya optimis bahwa yang saya hadapi bukan persoalan kegagalan IC-151 yang sohor itu. Ternyata cuma disebabkan oleh dampak proses oksidasi.


Tnx es 73 de Jo, YC0LOW