05 Februari 2011

Laporan dan Evaluasi YE1C, 2011 (dengan foto-foto dan statistik baru)

Dua menara menjulang di G. Malang. Di sanalah YE1C dioperasikan  pada CQWW 160m CW Contest, Januari 2011. Skor akhirnya merupakan rekor baru di Indonesia.

Di bawah ini disampaikan rangkuman data dan evaluasi kegiatan YE1C selama kontes CQWW 160m CW, 2011 dari Gunung Malang (+1050m ASL), Ciater, Jawa Barat, lengkap dengan beberapa foto (oleh Jo, YC0LOW) dan grafis statistiknya (oleh Joz, YD1JZ).


Bila dianggap perlu untuk memperjelasnya, atas nama tim YE1C, saya tuliskan komentar/saran dan perbandingannya dengan hasil YE1C di kontes yang sama, 2010, ditulis di dalam tanda kurung (*).


Analisis dan laporan uji-coba DX dan peralatan YE1C di masa pra-kontes sudah lebih dulu ditulis dan dimuat secara bersambung dalam milis OrariNews


1. Data


a. QSO= 289 (323).
b. Skor= 172.935 (166.314).
Ada peningkatan karena bertambahnya multipliers


c. Countries= 54 (48).
Peningkatan dalam jumlah Countries. Apabila tidak ada duplikasi dalam perolehan pada 2010, maka YE1C adalah satu-satunya stasiun kontes Orari yang bisa klaim award 100 DXCC 160m CW ke ARRL.


d. Terjaring 18 stasiun dari AS (21): dari UT, NV, WA, CA, MT, AZ. (AZ, CA, HI, TX, NV, WA, AK). Beberapa stasiun dari AS adalah stasiun kontes. Mereka pasif dalam QSLing. Sebaiknya, YE1C mengirim kartu lebih dulu untuk melengkapi koleksi 160m Orari Daerah Jabar. Contoh, stasiun dari UT, TX, AK, NV adalah langka terdengar di tanah air.


Berkurangnya jumlah QSO dengan stasiun AS adalah karena kondisi propagasi yang lebih buruk dibanding 2010. Di hari-hari kontes, justru tidak ada Sun Rise enchancement – suatu fenomena alam yang amat dirindukan Topband DXer.


2. Propagasi


Selama kontes, propagasi ke JA-land memburuk secara drastis. Amat beda dengan kondisi 2010 (122 stasiun), 2011 (24). Bila saja pada 2011 YE1C bisa menjaring 50% saja dari jumlah stasiun JA pada 2010, maka hasilnya pasti makin sulit dipecahkan oleh stasiun lain dari Indonesia. Ini memberi peluang bagi stasiun kontes lainnya di Indonesia dalam memecahkan rekor YE1C dua tahun berturut-turut.


Dari data jumlah QSO harian di bawah ini dapat disimpulkan kondisi propagasi selama kontes:
a. Hari-1: 9 (32).
b. Hari-2: 201 (180)
c. Hari-3: 79 (117)


Perolehan skor yang lebih besar, dapat dicapai di saat propagasi yang buruk tahun ini, karena YE1C telah memberi perhatian khusus untuk menginstalasi sembilan buah antena RX (3 Beverage, 1 4-square. coax loop) di lahan luas yang strategis, ideal dan senyap dari derau (noise) di Gn Malang. Juga ditunjang oleh beberapa faktor lain, seperti:


1. Fitur pada Icom IC7800 (built-in digital rx filters, 4 buah rx inputs, dll).
2. HF Linear Amplifier Emtron-DX3 (legal limit) yang bekerja tanpa rewel
3. Homemade antena TX dipole dengan tinggi feedpoint ideal
4. Sumber Daya Manusia – terutama anggota Lokal Bekasi (eks-tim YE1ZAT), yang andal dalam set-up (peralatan RF, listrik, accesorries, komputer).
5. Persiapan yang cukup untuk pemasangan, orientasi, re-orientasi dan evaluasi kinerja antena tx/rx
6. Operator CW yang pengalaman (kalem tapi "horny" akan intermod tone CW, hi-speed, 25-38 WPM)
7. Paham mekanisme dasar propagasi 160m, penggunaan softwares, analyser dan alat bantu modern berbasis Teknologi Informasi.
8. Dukungan anggota Orari yang datang ke lokasi (dari Lokal Subang, Lokal Bandung, Lokal Bekasi, dll). Ada pula yang rela membantu memperbaiki kerusakan kecil pada antena RX kami secara prodeo (TNX Buce YC1BAH, Nyoman YB1NWP dan Aris, calon anggota Lokal Bekasi)


Gambar 1. Beberapa kotak distributor/switch  antena RX di atas IC-7800.

3. Evaluasi Antena-antena RX.


a. Reversible Beverage buatan KD9SV,

Gambar 2. Feed transformer antena reversible Beverage. Latar belakang adalah kebun selada yang baru ditanami

Pertama kali dicoba di Indonesia. Pemasangannya praktis karena feedpoint transformer (lihat Gambar 2) untuk dua arah dapat didirikan pada titik yang sama. Terletak 147 meter dari feedpoint antena TX jenis dipole.


Kawat antena menggunakan twisted pair WD-1A (kawat telepon yang dipakai tentara AS di Eropa dalam Perang Dunia II) direntang ke arah 330 derajat dan sekaligus ke 150 derajat (Eropa dan VK/ZL).


Panjang kawat 238m, di ujung jauhnya dipasang sebuah reflection transformer. Tinggi sekitar 1m. Feed transformer terletak 154m dari antena TX. Jadi, panjang coax feedline RG-6U (75 Ohm) harus dilipatduakan agar dua antena terhubung ke hamshack.


Pada masa persiapan, dua minggu sebelum kontes, kami merubah layout Beverage ke arah utara dan selatan ini karena dalam evaluasinya, kami temukan kendala berupa noise yang konstan dari bentangan kabel PLN Tegangan Menengah 20 KW, sejajar dengan instalasi kawat antena ke arah barat dan timur dan hanya 15m jauhnya. Kini, kawat antena tsb menyilang tegak lurus dengan kabel PLN. Tingkat derau menurun bahkan lebih tajam lagi ketika letak  feed transformer dijauhkan dari antena TX.


Karena kawat antena WD-1A terbentang mengikuti kontur lembah maka YE1C dapat menerima sinyal datang bersudut rendah (sekitar 20-50 derajat, elevasi). Antena ini berguna untuk menjaring banyak stasiun dari Eropa.


Tery, YC1KAF, operator, menyebutkan bahwa noise pada antena ini jauh lebih rendah dari pada  antena Beverage home-made (30 derajat, azimuth). Pada semua antena rx, kami bisa mendapati tingkat noise floor S-0. Hanya static crashes yang bisa memompa indikator sinyal ke S3-5! Sebelumnya, saya pun tidak pernah mendapat level S-0 pada 160m, karena Beverage saya yang dulu terpasang, ada di kompleks perumahan yang padat penghuni.


Gambar 3. Tery, YC1KAF (kiri) dan Nyoman, YB1NWP sedang menikmati pile-up
Stok 600m kawat WD-1A, unit Feed dan Reflection Transformers dibeli dari Radioware USA, http://www.radio-ware.com/


b. Antena Single Wire Beverage buatan Danu, YD1GCL (yd1gcl.danu@gmail.com)


Inilah antenna rx yang digunakan oleh YE1C 2010 saat menjaring 122 stasiun JA pada 160m, CW! Saya berharap YE1C sudah bisa klaim award WAJA 160m, CW, bila koleksi kartu dari pelbagai prefektur JA diseleksi.


Antena ini terbuat dari kawat NYAF berinsulasi PVC, diameter 2.5mm. Diarahkan ke 30 derajat (azimuth), panjang 176m. Tinggi rata-rata 1,5m DPT. John, ON4UN, dalam bukunya Low band DXing, ARRL, 1994, menulis "pemakaian kawat tembaga berinsulasi PVC akan memberikan antena penerima Beverage yang sepi akan derau bahkan di saat kondisi buruk akibat hujan statik" (Chapter 7. Paragraf 1.9). 


Transformer-nya (9:1 Z) menggunakan binocular toroid Amidon BN73-202. Terletak 100m dari hamshack menggunakan feedline coax 50 Ohm. Di ujung jauhnya dipasang resistor carbon, 470 Ohms, 2W, untuk RTerm.

Gambar 4. Feedpoint Beverage buatan Danu, YD1GCL. Kawat kuning untuk GND

Gambar 5. Kawat antena Beverage 30 derajat

Kawat antena ini sengaja agak ditinggikan pemasangannya (lihat Gambar 4 dan Gambar 5, atas) dari pada kawat antena reversible Beverage karena, dari pengalaman di 2010, sinyal dari JA-land terdengar kuat bahkan sebelum waktu Sun Set (WIB) di Gunung Malang karena jarak ke JA hanya 5000-6000km. Menurut teorinya, di saat seperti itu, sinyal datang akan bersudut besar. Ternyata, kondisi propagasi ke JA buruk sehingga ramalan kami tak terjadi, namun kami sepakat bahwa tidak ada yang salah dengan rancangannya. Antena ini bekerja optimal.


Pada beberapa kesempatan, terutama saat pembelokan arah (skewed) sinyal dari Eropa, antena Beverage 30 derajat ini menerima sinyal lebih baik dari antena 330 derajat. Setidaknya dia mengurangi efek intermodulation nada CW yang parah dan menyesatkan. Ini saya dapati saat bangun tidur dan melihat Joz, YD1JZ, bertugas di larut malam. Kecakapannya memilih rx filter, pass band tuning dll pada Icom IC 7800, dan secara tepat dikombinasikan dengan arah antenna RX membuat readability menjadi optimal, walau kuat sinyal hanya pas-pasan.


Danu, YD1GCL, masih memiliki beberapa homebrewed feed transformer (9:1 Z) untuk single wire Beverage yang belum digunakannya.


c. 4-square RX Array buatan Lee, K7TJR. www.hizantennas.com/
Gambar 6. Dimensi Jarak Keempat Tiang (dalam meter)

Sistem lengkapnya (antenna vertikal, preamp, field control box, delay phasing lines, in-house controller dll) baru pertama kali dicoba di Indonesia (lihat Gambar 6). Kami memilih ukuran dimensi tiap sisi sepanjang 24.5m seperti disarankan pada manual-nya. Ukuran ini adalah kompromistis untuk menerima sinyal 80m dan 160m.


Dalam korespondensi kami, Lee, K7TJR, berpesan agar apapun hasil uji-coba agar disampaikan kepadanya karena menurutnya, umumnya sudut datang sinyal MF di zona katulistiwa adalah tinggi. Bila di AS dan Eropa sudut datang sinyal akan rendah. Atas sarannya, YE1C juga memasang full-sized low dipole untuk RX dengan feedpoint setinggi 10m DPT.


Gambar 7. Tata Letak Antena 4-square RX Array
Kami merancang arah keempat elemen vertikalnya ke (dalam derajat). Sistem identifikasi pada tiap elemen dinomori secara urut 1 sampai dengan 4, clockwise. Dibuat identik dengan petunjuk di kotak kendali pada hamshack sehingga operator tidak akan disorientasi dalam mengendalikannya (lihat Gambar 7, atas).


1. utara = 0
2. timur = 90
3. selatan = 90
4. barat = 270


Setting ini dirancang untuk menjadikan elemen timur dan barat menjadi “telinga” kami dalam menerima sinyal
dari Pasifik dan Afrika. Sayang, saat kontes, kami tidak mendengar sinyal dari Afrika. Padahal, seminggu sebelumnya beredar kabar di internet bahwa Rudy, K3QF, sudah QRV sebagai XT2RJA (Burkina Faso) pada 160m CW.  Menurut catatan saya sejak 1997,, inilah pertama kali ada stasiun XT2 nongol di topband. Ngiler, gak?


Di bawah ini adalah  plot elevasi tiap elemen untuk 160m (dari EZNEC) dengan jarak masing-masing sisi 24.5m




Arah penerimaan sinyal di empat elemen vertikal amat terasa saat kendali dimainkan. Ini merupakan petunjuk bahwa rasio front-to-back baik. Kinerja ini didapat dengan memantau radio siaran AM pada band MW. Jadi, sejak siang hari pun kami sudah yakin bahwa antena ini bekerja baik, Namun, tingkat noise sedikit lebih tinggi dari Beverage. Sementara kami simpulkan bahwa rasio signal-to-noise antenna ini masih tidak sebaik Beverage – bahkan dibandingkan dengan yang hombrew.




Gambar 8. Kotak Kendali Hi-Z dan rangkaian di dalamnya. Tampak beberapa relay dan toroid BN73-202

Perbedaan penilaian ini mungkin disebabkan karena faktor luasnya lahan di Gunung Malang sehingga kemana pun atau sepanjang apa pun kawat Beverage mau direntangkan, batasnya adalah nafas dan kondisi jantung manusia penariknya (Gambar 9 dan Gambar 10, bawah).

Gambar 9. Lansekap dari Gn, Malang ke Arah Utara




Gambar 10. Menara yang digunakan untuk antena TX
Beverage - ditemukan oleh Harold Beverage, 1921- memang antena penerima yang ajaib karena kesederhanaannya namun dia menuntut lahan luas. Adapun antena 4-square rx array adalah solusi yang inovatif  di masa kini untuk membantu topbander di kota supaya bisa tersenyum dalam hidup (atau pun matinya) karena bisa menerima sinyal lemah di kota besar. Keduanya tidak bisa dibandingkan karena jenis, karakter dan cara kerjanya yang beda.

Gambar 11. Petunjuk tertulis switch antena RX bagi operator.

Untuk memudahkan kerja operator - terutama `saat mengantuk - dalam memilih sembilan antena RX, dibuat petunjuk tertulis (Gambar 11) sebagai referensi cepat.


Bila berminat untuk mendapatkan referensi berupa tabel spesifikasi dan analisis perbandingan macam-macam antena RX 160m antara lain: Beverage, K9AY, 4-sq, dll, (dilansir oleh Hi-Z Antenna), silakan hubungi Gustian, YB1ALL (yb1all@yahoo.com).


d. Coaxial loop ala N6RK


Di saat senggang, penulis berkesempatan membuat antena tipe 80/160m, tinggi 1 meter DPT, terletak di halaman, 45m jauhnya dari antena TX.

Gambar 12. Antena coaxial loop 80/160m ala N6RK
Secara praktis, antena ini (Gambar 12) tak pernah digunakan oleh operator YE1C karena sudah ‘kepincut’ dengan antena RX lainnya.


Benarlah isi pesan para tetua suku topbanders bahwa “you can’t have too many receive antennas”. Makna kalimat itu sangat bijaksana. Yaitu, agar kita tidak menjadi operator serakah yang memborong semua DX di 160m dalam waktu singkat, lalu buru-buru pensiun dari Topband DXing. Sisi praktisnya juga akan sulit dilaksanakan karena kegiatan kontes menuntut prioritas berbeda dengan DX biasa. Kepada setiap operator YE1C dijadwal dan diberi target.


Di sini saya makin paham bahwa ada perbedaan kualifikasi antara DXer dengan Contester. Di mana posisi Anda?


Klik tautan di bawah ini untuk melihat video YC0LOW pada YE1C, 2011. Dibuat oleh Gus YB1ALL.
http://www.youtube.com/watch?v=9t0V6uxs4QY



4. Evaluasi Lain-lain.
A. Persiapan.
Persiapan dilakukan sekitar empat minggu sebelum kontes. Diprakarsai oleh beberapa anggota Orari Lokal Bekasi, Jawa Barat, seperti: Yoyon YB1CCF, Nyoman YB1NWP, dan Joz YD1JZ.


Minggu pertama, kami berkunjung ke Pamengpeuk, Garut, Jawa Barat untuk mempelajari kemungkinan mendirikan stasiun di sana. Kami sepenuhnya dibantu oleh anggota Orari Daerah Jawa Barat seperti Gustian YB1ALL, Sani YB1ACN dan beberapa anggota dari Lokal Garut.


Sebenarnya, kawasan di Pamengpeuk cukup ideal untuk YE1C dalam kontes ini. Namun, di sana ada stasiun LAPAN untuk pengamatan ionosfir dan propagasi. Mereka menggunakan TX yang beroperasi selama 24 jam per hari dengan interval transmisi selama 2 menit, pada 2 Mhz ke berbagai penjuru mata angin dengan antena vertikal, daya 30 KW. Mana tahaaan?


Pada radio penerima Sony ICF-7600 yang saya bawa dan disetel pada band MW, 1600kHz, sudah sangat terasa RFI-nya pada saat mereka TX-ing. Tentu saja lokasi itu tidak sesuai dengan rencana kami untuk mengeksplorasi kawasan pantai yang sunyi untuk operasi pada 160m DX (1,8 MHz). Kami berencana menggunakan antena vertikal untuk TX.


Kami putuskan Gunung Malang sebagai QTH dari YE1C. Strategi pokok YE1C berkontes pun diubah. Dari titik berat sasaran untuk bereksperimen di pantai menjadi misi menambah skor 2010.


Diskusi mulai menyentuh evaluasi jumlah dan kinerja antena RX tipe single wire Beverage yang digunakan YE1C pada 2010. Saat itu, hanya satu Beverage yang digunakan, ke utara Gunung Malang. Dapat ditebak bahwa keputusan lanjutan kami adalah menambah senjata berupa antena penerima (rx) dan mengarahkannya ke beberapa penjuru dunia sesuka hati. Kami tidak terlalu memikirkan tentang antena TX sehingga waktu yang tersisa bisa 100% hanya untuk merancang antena RX. Inilah yang kami kerjakan dalam mingu-minggu berikutnya sebelum hari kontes.


B. Publikasi
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, publikasi tentang operasi YE1C dimuat secara nasional pada milis Orari. Orari Daerah Jawa Barat juga memublikasikannya dalam bentuk undangan tertulis ke seluruh lokal Orari dalam naungannya


Dalam rilis yang ditulis oleh Heri, YB1KAR, di milis Orari, tertulis pula undangan bagi semua anggota Orari yang berminat menyaksikan YE1C dalam kontes. Puncak kedatangan pengunjung ke YE1C adalah di hari Sabtu, 29 Januari 2011, malam. Kami gembira mengetahui bahwa ada banyak keingintahuan mereka tentang topband dan antena RX.


C. Pelaksanaan:
Menurut hemat penulis, masih perlu beberapa perbaikan kinerja organisasi di bidang non-teknis keradioaan yang sebaiknya diantisipasi oleh Orari Daerah Jawa Barat sebagai induk YE1C dalam mengelola kegiatan terutama yang berkait dengan pelayanan bagi pengunjung dan keluarganya. Karena, kawasan Ciater adalah resor liburan yang ideal karena banyak fasilitas wisata (hotel, restoran/kedai, mesjid, atraksi bagi wisatawan, dll). Mudah dicapai dengan mobil dari Jakarta dan Bandung.


D. Saran-saran:
1. Mempertahankan partisipasi YE1C dalam kontes-kontes internasional baik CW maupun PHO
2. Melalui stasiun pembinaan, Orari Daerah Jabar dapat memulai pencarian bakat dan membina para anggotanya dari beberapa Lokal untuk membuat tim kontes yang kompeten dan tangguh. Kalau sudah siap, bisa mencoba kategori lain
3. Menjaga hubungan baik dengan pengelola beberapa kawasan di Jawa Barat yang ideal untuk pengoperasian YE1C (termasuk pihak tuan rumah di Gunung Malang, Ciater, Jawa Barat. TNX Heri YC1HQQ dan Yayan YC1BTV) di masa depan.
4. Secepatnya menyusun/melengkapi koleksi kartu QSL agar YE1C dapat meng-klaim award internasional.


Terima kasih.


Atas nama tim YE1C, 73 de Jo, YC0LOW, penggiat Topband DXing, anggota Lokal Cilandak, Orari DKI Jakarta. Memperoleh award 100 DXCC 160m, CW, #1.455,  merupakan yang pertama di Indonesia (2008). Pebruari 2011 confirmed 110 DXCC, CW pada 160m.


Di bawah ini kami sajikan grafik statistik YE1C, dibuat oleh Joz, YD1JZ: