08 Agustus 2011

DX-ing dari Lahan Kota Jakarta


Artikel di bawah ini saya tulis pada 2006, atas permintaan teman-teman Orari Lokal Tamansari, untuk dicetak pada Buku Panduan Hamfest di Latumeten City, Jakarta, 2006. Setelah beberapa tahun berselang, saya ubah sedikit agar lebih updated. - Jo.

Berbeda dengan kisah-kisah zaman baheula, ketika para experimenter dan DXer bisa memanfaatkan banyak lahan luas di kota besar, amatir radio kini yang bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, lebih sering terkendala dengan keterbatasan lahan untuk membangun antena transmisi untuk band High Frequency (HF) yang sesuai. Lahan kosong menjadi makin langka karena pesatnya pembangunan perumahan dan didirikannya fasilitas-fasilitas umum dan komersil lainnya.

Mungkin ini salah satu penyebab mengapa kegiatan DXing pada low bands (40m, 80m dan 160m) menjadi (makin) tidak populer. Sebagai gantinya, sejumlah besar amatir radio yang telah mendapat lisensi Penegak dan Penggalang memilih bekerja DX pada high bands. Sedangkan sejumlah lainnya dengan cepat tertarik berkomunikasi dua-arah pada spektrum VHF dan UHF.  

Pertanyaannya adalah: kalau memang banyak kendalanya, apakah DXing masih layak dicoba dari lahan kota seperti Jakarta ini?

Salah satu aspek yang menarik dari hobi radio amatir adalah kebebasan pelakunya untuk mencari tantangan dan mengembangkan minatnya di dalam sebuah koridor dan regulasi yang universal. Sehingga, sah-sah saja bila ada yang hanya ingin ngobrol (rag-chewing), ingin eksperimen antena tx-rx/transmitter/repeater, ingin fox hunting, ingin membina organisasi, atau bahkan ada yang getol berkaraoke di ham fest, dll.

Bagi semua amatir radio, berlaku dalil bahwa setiap kendala adalah sebuah tantangan. Sehingga, sah-sah pulalah bila masih ada sekelompok amatir radio yang berusaha menjawab tantangan untuk DXing walaupun terkendala oleh banyak hal. 

Karena Jakarta adalah kota besar terpadat di Indonesia, maka tidak heran bila di sini jugalah terdapat sejumlah besar kegiatan DX dari Indonesia yang berarti.. 

Banyak fakta-fakta bersejarah yang membuktikan bahwa justru stasiun-stasiun amatir radio dari Jakartalah yang berhasil membukukan QSO DX yang pertama kali terjadi antara Indonesia dengan stasiun-stasiun dari negara-negara lain (all modes all bands). Untuk menyebut beberapa contoh: adalah QSO dua-arah, CW, antara YB0ZEE (klub stasiun Orari Lokal Tamansari) dengan ZP6CW  pada Juli 2006 pada topband (160m), CW. Operatornya adalah Bob, YB0AQB. Stasiun tersebut menggunakan antena TX vertikal yang diterbangkan dengan balon gas. Ini sebuah kegiatan unik dan pertama di Indonesia.’Jalur’ (path) dari Jakarta ke Paraguay adalah sangat sulit – bahkan pada high bands!  

Contoh lain adalah berhasilnya YB0AZ, YB0DPO,YB0A dan YB0ECT membukukan QSO dengan 3Y0X  (Februari 2006) yang –walau terjadi pada high bands-- menurut saya, bukan hal mudah. Stasiun YB0ECT juga mencatat QSO bersejarah dengan VP8THU dan VP8GEO (South Sandwitch; South Georgia Island).

Tentu saja, contoh-contoh di atas hanya mewakili sebagian dari sejumlah besar prestasi yang dicatat oleh DXer lainnya yang tinggal di kota-kota yang padat penduduk di luar Jakarta. Masih banyak data yang belum saya dapatkan sehingga belum bisa menuliskannya secara lengkap.

Terdapat banyak faktor-faktor penentu bagi sebuah stasiun  yang memancar dari lahan kota besar untuk bisa menjalin QSO DX dua-arah dengan sempurna. Namun, pada kesempatan ini, saya hanya ingin menyoroti satu faktor penting yang acapkali dilupakan oleh seorang amatir radio, yaitu: ’persistence’ (= ketekunan atau kegigihan, dari Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Gitamedia Press, 2005). Sifat-sifat inilah yang sebenarnya menjadi kunci keberhasilan seorang DXer di manapun dia bermukim dan pada band apapun dia bekerja DX.

Para pendatang baru dalam dunia DXing sering kali ingin secepatnya menyelesaikan target-target perolehannya hanya dengan melengkapi stasiunnya dengan peralatan-peralatan baru. Kebanyakan ingin segera menjadi stasiun ’big-gun’ dan enggan menjadi ’little pistol’. Dalam kegiatan ngobrol di udara dengan koleganya, banyaknya jumlah perolehan negara DXCC baru sering menjadi satu-satunya tolok ukur prestasi.

Istilah-istilah ’big’ dan ’little’  yang khas amatir radio tersebut di atas sebenarnya telah menunjukkan bahwa keduanya punya peluang yang sama besar -- hanya apabila disertai ketekunan, bukan investasi uang! Sebab, karakter kondisi propagasi pada high frequency (HF) tidak bisa diduga – apalagi dikalahkan hanya dengan QRO (high power), misalnya. Pencapaian-pencapaian prestasi DX oleh stasiun-stasiun QRP (low power) adalah bukti pennyeimbang yang nyata.

Ketekunan yang dianut oleh seorang DXer dari lahan kota besar akan menuntunnya kepada pemahaman yang luas dan mendalam untuk secara berkesinambungan berlatih diri di segala bidang, antara lain: propagasi, antena, prosedur operasi dan teknik radio dll. Untuk itu, internet dapat dijadikan sumber daya ’terbesar’ yang dapat diperolehnya dengan mudah.

Dengan ketekunan itu pulalah dia memahami kondisi-kondisi yang ada di sekelilingnya sehingga hobi ini dapat dinikmati dengan suka-cita dalam waktu yang panjang. 

Selamat ber-DX dari lahan kota besar!

*) Penulis adalah anggota Orari Lokal Cilandak. Mulai DXing di Jakarta, 1993, utamanya pada topband (160m, CW). Jumlah DXCC confirmed 235 (all modes - all bands) dari 341 (Agustus 2011). Pertama di Indonesia yang  mendapat sertifikat DXCC pada 5-bands yang menjadi privilese tingkat Penegak, yaitu 10m, 15m, 40m, 80m dan 160m

3 komentar:

Irsan Oeste mengatakan...

Very Inspiring OM Jo..saya pun mengalami kondisi yang persis digambarkan dalam tulisan diatas. Ingin ber-DX pada Low Bands, dan High Band bila nantinya IAR YC saya terbit dan terus berusaha belajar menjadi seorang amatir radio yang baik. Selama ini saya berusaha untuk dapat mengenal dengan baik pada satu band saja di 40M, kemudian berikutnya pada 80M. Saya berharap bisa mengenal band-band lainnya..dan berharap bisa mengikuti jejak OM Jo.

Semoga kabarnya sehat dan bahagia bersama keluarga, amin. es 73 de YD0OST - Irsan, Bintaro Jaksel.

YC1BAH mengatakan...

Betul OM Jo... Dengan Stasiun seadanya, kalau 'Istiqamah' DXCC naik juga walaupun sangat-sangat perlahan. Padahal rasanya semua usaha sudah dikerahkan. Tapi disitu seninya, kalau gampang mah... gak seru. Itu baru tingkat tantangan yg paling mudah, belum yang sukar.

"Nafsu Besar, Tenaga Kurang" :)

Selamat menunaikan ibadah di bulan Ramadhan.

73 de YC1BAH, Butje Budiman di Bandung

Jo, YC0LOW, pemegang award DXCC dari ARRL pada 5 band mengatakan...

Yth OM Irsan,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya tunggu di 160m.

Yth OM Butje,
Banyak dari kita yang tidak sabar dalam meniti tangga DXCC. Semoga tercapai sasaran Anda.

73 de Jo, YC0LOW