23 Februari 2008

Vertikal vs Horisontal Antena, Minggu, November 05, 2006 11:59 AM

Antena vertikal sebagai radiator yang efektif dan efisien untuk keperluan long-haul DX adalah keniscayaan pada semua band HF -- terutama pada LOW bands (40, 80 dan 160 meters). Namun, entah mengapa di Indonesia popularitasnya lebih rendah dari pada dipole atau yang sejenisnya (3-wire dan lain-lain). Vertikal antena menjadi pilihan yang inferior di negeri ini. Cuma digunakan di pos-pos satpam kompleks perumahan :-)

Bila dibuat/dipasang dengan baik dan benar (bahan bagus, pada ketinggian yang cukup, atau di atas permukaan yang nilai konduktifitasnya baik, seperti: pantai/laut, atau dipasangi radials (buried atau elevated) yang jumlahnya istimewa banyak, dan lain-lain, maka pancaran dari antena vertikal punya sudut take-off yang lebih kecil dibanding dipole pada ketinggian yang serupa. Bila propagasi baik, sudut radiasi yang kecil inilah yang membuat sinyal 'terbang' lebih jauh (low angle). Karena terbang jauh, maka hasilnya terdengar tidak baik untuk komunikasi jarak dekat (high angle). Kriwis-kriwis istilahnya di sini, atau, sulit untuk check-in pada net lokal SSB.

Banyak stasiun-stasiun big-gun di negara-negara maju (AS, Eropa, Jepang dan lain-lain) yang menggunakan himpunan (array) antena vertikal (atau himpunan antena vertikal yang di-fasa-kan) untuk transmisi pada LOW bands sebagai pilihan teratas. Tentu saja diperlukan lahan real-estate untuk mendirikannya. Bayangkan, driven element-nya ada di titik tengah, lalu reflector dan/atau director-nya dibuat ke beberapa arah sekaligus sesuai target. Operator bisa menggerakkan switch dari sarangnya dalam mengubah fungsi elemen sehingga tercapai arah transmisi yang dikehendakinya. Jadinya, ya antena beam (vertikal) juga...

Sebaiknya diingat: antena vertikal BUKANLAH jenis antena yang hemat akan ruang (space-saving). Kompromi yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan kinerja antena vertikal Anda secara drastis: dari pemenang menjadi pecundang...

Tidak ada komentar: